KISAH RIWAYAT HIDUP

01. Pulang Kampung Eyang Abdulah Satari (01 - 03).

Menyedihkan memang, Perintah “ menyelam  dari komandan setelah dinyatakan “grounded” beberapa hari sebelumnya oleh Otoritas Armada Cadangan  Indonesia Timur yg berpusat di Tanjung Perak Surabaya bisa berarti “sudah jatuh tertimpa tangga” Betapa tidak “ grounded “ bagi  seorang Crew Kapal  Fregat Belanda  yg bernama lambung The Seventh Provincien berarti dia dikeluarkan dari statusnya sebagai crew kapal dan tidak boleh melaut lagi sebagai hukuman akibat  usaha peng ambil alihan  kapal Fregat  yang digagalkan oleh pemiliknya  penjajah Belanda .Sedangkan perintah “menyelam “ dari Komandan adalah menjauhkan diri dari tempat perjuangan yg sekarang yaitu Daerah Tanjung Perak  atau   Surabaya pada umumnya. Jadi ringkasnya sudah dipecat diusir pula. Pak Soengkono komandannya , yg belakang hari  namanya diabadikan sebagai nama salah satu jalan utama di Surabaya barat itu menyetujui bila dia ini berniat pulang kampung saja sambil menunggu perkembangan perjuangan lebih lanjut di rumah orang tuanya di Kebonsari – Oeteran- Madiun. Dengan catatan harus keep in touch / mudah dihubungi atau kontak rekan2 nya juga komandannya di daerah Wonokromo . Sedih sedih sekali harus meninggalkan teman2 tetangganya atau warung kopi , penjual rokok eceran di daerah Pande Giling itu termasuk teman dekat wanitanya yg selama ini mengurusinya, maklumlah dia kan nggak punya siapa2 di Surabaya ini , sehingga hubungan dg para tetangga dan teman2 di Pande Giling ini bisa menjadi sangat dekat sekali bak keluarga  sendiri saja.

Tidak lama2, setelah semacam acara perpisahan dg tetangga dilakukan dirumah semangnya pada malam harinya, pagi2 dia dg sebuah ransel di bahu , sudah bersiap berangkat ke Stasiun Gubeng untuk berangkat Pulang Kampung dg Kereta Api Jurusan Semarang yg berangkat dari Stasiun Gubeng Jam 05-00 selepas subuh. Memang sempat ada airmata yg menetes namun melihat jarak Surabaya –Madiun yg tidak  terlalu jauh serta kuwajiban lapor secara berkala telah ikut membantu mengatasi perasaannya. Tidak seperti di Stasiun lain, di Stasiun Gubeng dia tidak menunggu kereta api tetapi Kereta apilah yg menunggu kedatangannya, dg longgarnya dia dapat memilih tempat duduknya sendiri di salah satu gerbong yg berjajar dan sudah tergandeng dg lokonya. Raungan Loko Kereta api uap yg. serak2 basah telah meyakinkan dirinya yg mulai bergerak meninggalkan Surabaya  untuk pulang kampung ke Madiun, diiringi dg suara gemuruh serta semburan asap bercampur percikan api  memberikan penampakan sebuah tenaga dg semangat yg tinggi dari lokomotip yg bertolak belakang dg. keadaan dirinya yg loyo, sedih bak prajurit kalah perang.

Sekitar tengah hari , kereta api Surabaya- Semarang masuk ke Stasiun Madiun, Agak buru2 dia turun dari kereta karena harus ganti sarana angkutan yaitu BUS.  300 m jauhnya dari Stasiun Kereta Api di pinggir jalan didepan tangsi Tentara  { daerah Beteng}, dia berdiri menunggu  kedatangan Bus yang akan menuju Ponorogo. Tidak terlalu lama menunggu kemudian dia segera mendapat kan Bus yg akan membawanya menuju tujuan lebih lanjut yaitu Kecamatan Oeteran ,daerah yg terlewati Bus2 yg menuju Ke Ponorogo yg cukup banyak , bisa Bus jurusan Malang- Ponorogo, atau Surabaya –Ponorogo, Jombang –Ponorogo dll. Disamping itu Ponorogo sendiri merupakan Kota Bisnis yg cukup maju di Karesidenan Madiun terutama bisnis Batik yg cukup terkenal setelah Solo. Sehingga lalulintas dari dan ke kota ini cukup ramai. Oeteran sendiri merupakan kecamatan dari desa Kebon Sari dimana Orang Tuanya bermukim.


      02.Pengarahan  Ortu.

Perjalanan dari Oeteran ke desa Kebon Sari melalui jalan macadam yg menurun  dengan kebun tebu disekitarnya , tidak lah terlalu menyenangkan apalagi ditengah situasi hati yg sdang gundah gulana . Sesekali keblakan sayap burung gemak dari sela2 kemplongan tebu disebelah kaki melangkah bahkan telah membuat perjalanan ini penuh keterperanjatan. Jalan yg dilaluinya ini merupakan bagian dari lembah prairie  selebar 40 km  yg membentang dari lereng gunung Wilis di sebelah timur sampai lereng gunung Lawu disebelah barat, sedangkan desa Kebon Sari berjarak sekitar 7km dari Oeteran yg berada di poros jalan Madiun –Ponorogo.

“Monggo pinarak, den“ sapa lelaki paruh baya pemilik warung dipinggir jalan  menawarkan dagangannya.  “ Enggih   suwun” jawabnya sambil membungkuk memasuki warung karena atap warung yg rendah.  “ Dawet kang “ pesannya sambil duduk di bangku . “ Niki wau king pundi to? Jawab pemilik warung sambil menyodorkan semangkuk dawet .” King Suroboyo kang, niki ajeng sowan tiyang sepah ten Bonsari ngajeng ngriku.”. Lho nitih punopo wau kok gasik ?. “ Sepur kang, king Gubeng jam gangsal dugi Mediun jam setunggal lajeng  Bis jurusan Ponorogo teng ngriku. Achirnya terjadilah obrolan antar pengunjung warung serta pemilik yg cukup gayeng , maklumlah dia sudah biasa menyesuaikan diri dg. situasi kaki lima seperti ini, sama seperti di Pande Giling.  Tak terasa  4 potong tahu goring dan sepotong singkong goring telah masuk keperut sebagai  ganti makan siangnya untuk kemudian meneruskan perjalanan ke rumah orang tuanya.

“Buuu, kae lho Dullah teko” terdengar teriakan ayahandanya KI Sastro Diwiryo  menyambut kedatangannya .

“Endi  ,  Endi  , biyuh biyuh , mau numpak opo to le ? kok dewekan bae , sahut  ibundanya  Nyi Sastro Diwiryo  dari arah dapur.

“ Buuu”, jawabnya singkat sambil sungkem jongkok mencium tangan ibundanya.

Ki Sastro Diwiryo adalah seorang Amtenar  beken di desa Kebon Sari  yg cukup modern dan  up to date,  Berputera delapan , mayoritas aktivis pergerakan kemerdekaan, sehingga Ki Sastro sendiri terpaksa harus menjaga keaktualitas pengetahuannya ttg. Pemerintah  penjajahan  untuk dapat diteruskan kpd putera2nya dan kepada para pejuang Tentara Pelajar pada umumnya. Kedelapan puteranya adalah 1. Boedihardjo, 2. Soehoed, 3. Salikin, 4. Salekan , 5. Aisyah, 6. Abdulah Satari, 7. Siradj, 8. Yoesoef           Sampai padasuatu pagi Ki Sastro memanggil nya menghadap. :” Lah { Abdulah} , jadi kamu itu digrounded ya ?, kamu  kan ngerti  tho di grounded iku podo karo di rumahkan kasarnya dipecatlah, Nanging kowe sebagai pejuang ora pareng nglokro patah semangat, awakmu kudu tetep menjaga persatuan  dan kumpul konco pejuang yg lain karena itu sudah menjadi tekad bersama para pemuda Indonesia.            Sementara itu sambil menunggu perkembangan serta bidang kegiatan yg lain  , kae lho puntuk loring Sarean kae [ sekitar1 ha] paculono dadekno sawah supoyo kegiatan awakmu  tetap terjaga.

Merubah puntuk menjadi sawah baginya tidaklah terlalu lama dan sulit , terlebih mendapat bantuan penuh dari para abdi [ pembantu keluarga } Ki Sastro Diwiryo yg cukup banyak, tidak sampai satu bulan sawah 1 ha itu sudah jadi dan siap tanam.Ya achirnya bersawah inilah menjadi kegiatannya se hari2 nya, dia telah memancangkan tombak pertanian sebagai modal kehidupannya kemudian. Aneh memang , setelah sekian lama menjadi anak tuan tanah  yg memiliki sawah cukup banyak di seantero desa Kebon sari , baru kali inilah dia benar2  bisa merasakannya sendiri  kehidupan seorang petani yg tentunya sangat jauh berbeda dg. kehidupan pelaut yang telah dijalani  sebelumnya .  Hampir selama 20 th sejak kelulusannya dari Sekolah Menengah dia habiskan hidupnya di laut sebagsi crew Kapal Fregat Belanda Bernama Lambung The Seventh Provincien yg mangkal di Tanjung Perak Surabaya ,sementara dia sendiri sejak masuk Sekolah Menengah telah bergabung mengikuti kakak laki2nya dalam Pasukan Tentara Pelajar  Surabaya yg di komandani oleh Pak Soengkono yg berdomisili di Wonokromo itu,. Melihat dari sudut pandang seorang pejuang kemerdekaan, ternyata hidupnya sebagai petani ini sangat berarti bagi perjuangannya betapa tidak  bantuan makanan dan logistic bagi rombongan Tentara Pelajar yg mrlewati desa Kebon Sari  adalah sangat besar artinya dalam menentukan keberhasilan perjuangan. Untuk diketahui desa Kebon Sari adalah lintasan rahasia pejuang2 kita yg bergerak dari Jawa Tengah ke Jawa Timur dan sebaliknya. Sudah rutin hampir seperti  berjadual tetap  ada rombongan pejuang yg lewat dan mampir di rumah pakde Mantri  rumah orang tua dari salah satu tentara pelajar kita dimana logistic yg dibutuihkan para pekuang kita yg. berasal dari sumbangan para petani dikumpulkan disini { Belakangan terjadi kemudian rumah pakde Mantri ini yg biasa disebut rumah perjuangan Trip ini dpt dirndus oleh Penjajah dan dibom  di bumi hanguskan oleh Belanda pada Agresi ke 2.} Tanpa terasa  kesadaran diri thd arti hidup sebagai pejuang juga sangat terasa termasuk bila kita ini juga sebagai seorang petani  yg selalu sadar tugas perjuangannya  berupa menyediakan kebutuhan logistic bagi pejuang Trip yg lain. Dan ini telah meyakinkan dirinya bahwa bertani juga merupakan profesi yg tepat untuk bisa tetap ikut  dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia bersama pemuda2 yg lain.memberikan kemantapan hati bahwa  arahan bapaknya { Ki Sastro Diwiryo} kepadanya itu sudah tepat .yaitu bertani dan tetep terus berjuang bersama2 teman2 Tripnya untuk kemerdekaan Indonesia. Dia kini merupakan seorang Petani pejuang mantan Pelaut yg telah bertekad meneruskan hidupnya dengan  penuh tekad yg kuat karena  sudah direstui oleh kedua orang tuanya sekaligus juga oleh komandan perjuangannya . Kehidupannya sebagai petani ini pulalah yg kemudian membawanya dia berkenalan dengan sesama petani yg kebetulan juga  seorang kiai dari desa Sidorejo Gantrung, Mlilir, Ponorogo.bernama Kiai  Pawiro Ngulomo. Beliau ini juga merupakan petani yg fasih mengembangkan diversivikasi dengan peternakan bebek yg cukup sukses mengelola ratusan ternak  bebek petelor yg menguasai supply telor bebek di  seantero kecamatan Oeteran ini. Tidak sebesar Bapaknya. Kiai Pawiro Ngulomo ini juga memiliki sawah2 juga dengan buruh tani yg  mengolahnya, sehingga beliau ini juga sepertinya dinyatakan sebagai  tetua komunitas petani yg. ada. Dirinya yg merupakan Petani Pemula  perlu juga dekat2 ke pak Kiai agar ilmu  taninya juga dapat meningkat. Dari sekedar obrolan tentang ternak bebek dg. pak Kiai  berkembang ke obrolan hal lainnya sejalan dengan keluasan pengetahuan keduanya, sehingga tanpa bisa dibatasi dan disadari oleh pak Kiai sendiri  sampai terungkapnya informasi keadaan keluarga pak Kiai yaitu bahwa pak Kiai berputera 4 orang  yang sulung laki2 bernama Abdullah Kurdi seumur dengannya  dan sudah  berkeluarga ,  yg nomor dua perempuan bernama Sri Banun sudah  menikah dengan  pamong  praja desa, yg ketiga bernama Siti Zaenab sudah dicalonkan dengan seorang petani juga  karena umurnya sudah > 17 Tahun,sedangkan bungsunya seorang gadis remaja dibawah 17 tahun bernama Siti Soekarmi.belum dijodohkan alias masih lajang. Rupanya informasi yg terachir inilah yg membuat dirinya menjadi lebih sering berkunjung ke rumah pak Kiai itu. Sebagai  laki2 yg sudah tidak remaja lagi karena umurnya kini sudah  menginjak  39 tahun terlebih dia dulunya tinggal di kota besar seperti Surabaya serta sempat mengunjungi kota2 dunia seperti Singapura tentulah sangat terbiasa dg ketemunya gadis2 cantik  sehingga dengan adanya informasi keberadaan gadis di desa di tempat sekitar dia tinggal sekarang sangatlah menimbulkan kerinduan2 dan minat yg besar. Pernah terbesit keinginan untuk  meminta langsung ke pak Kiai  untuk menyunting putri bungsunya itu, namun sifat ke hati2annya melarangnya siapa tahu pak Kiai meragukannya karena faktanya dari kegagahan tubuh dan kecakapan wajah apalagi dia kan anaknya bangsawan yg cukup modern dan kaya kok sejauh ini belum beristeri , pastilah orang cukup alas an untuk  meragukan apakah dia benar2 butuh seorang isteri untuk pasangan hidupnya atau hanya sekedar pelarian saja.Hal inilah yang kemudian mendasarinya untuk memajukan masalah ini kepada ibundanya Nyi Sastro Diwiryo, dan betul juga ibarat gayung bersambut karena sang ibunda sebenarnya juga sudah sangat  menginginkan dirinya segera menikah, karena umurnya sudah mengejar2.” Gek kowe ki nunggu opo to Lah  ,lha wong  masmu  Salekan  saja bahkan sudah punya dua orang anak  gitu  lho ?? gerutu ibundanya suatu ketika. Ki Sastro Diwiryo sendiri merespon masalah ini lebih taktis lagi setelah dilapori oleh Nyi Sastro Diwiryo. Ki SAstro minta kepada sang kakak Salekan yg bekerja sebagai aparat kepolisian  untuk membimbing dan menolong adiknya Abdulah untuk bisa dimasukkan ke kepolisian juga  agar adiknya itu bisa mendapatkan gaji dg pasti tiap bulannya. Dan hal itu segera dipenuhi oleh sang kakak Salekan  sehingga beberapa bulan kemudian  setelah menjalani proses yang cukup keras  jadilah Abdulah Satari  sebagai seorang  Polisi yang berdinas di  Kantor Kepolisian di Oeteran, Madiun. Tidak hanya itu, kehebohan akibat turun tangannya nyi Sastro Diwiryo mengatasi masalah sang putra  Abdulah Satari  telah memaksa sang putra untuk menikah lebih awal  dengan putri bungsu ki Pawiro Ngulomo tidak perlu menunggu sang putri menginjak usia >17 tahun dahulu. Jadi hampir bersamaan ,setelah mendapatkan keanggautaan sebagai polisi dia juga segera dinikahkan dg, Siti Soekarmi  binti Pawiro Ngulomo  disuatu pagi  di tahun 1939 , Perayaan pernikahannyapun tergolong unik , Nyaris dikatakan seperti acara PBB, karena kehadiran para relasi ki Sastro Diwiryo, ada kebangsaan  Eropa, China, Jepang, Jawa, juga relasi dari ki Pawiro Ngulomo yaitu para Warok2 ,  Tuan2 tanah/ petani,juga relasinya sendiri yg merupakan dua kelompok yg berlawanan yaitu dari Kepolisian dan dari Tentara Pelajar Jawa Timur dimana masing2 komandannya juga hadir, untungnya intelegence biasa ditangani oleh Belanda atau Jepang sendiri sehingga kedua belah pihak merasa aman2 saja.Bercerita tentang kedua mempelainya  sendiri tidaklah terlalu mudah  dan keakuratannyapun  sangat rendah karena para nara sumber yg kemudian berseloroh kurang serius dalam bercerita sehingga bak cerita 2kelucuan2 yg terjadi dalam kehidupan bersama  mereka. Cerita yg paling menonjol karena sama satu sama lain adalah bahwa  Abdulah Satari itu sebenarnya belum pernah berkenalan apa lagi berbicara berdua dengan Siti Soekarmi  sampai kira2 3 hari setelah ijab khobul pernikahannya. Sesi perkenalan keduanya inilah yg kemudian berkembang menjadi bervariasi, Yang berlatar belakang petani akan cerita tentang bermacam lauk pauk yg berasal dari sawah misalnya ikan lele dan belut, yang berlatar Warok Ponorogo akan bercerita tentang tali kolor warok Ponorogo yg terkenal berwarna belang itu sedangkan yg berlatar Jepang akan bercerita tentang sabuk hitam  karatedo itu. Artinya bahwa para pembaca juga dipersilahkan untuk membuat cerita sendiri berdasarkan latar belakangnya masing2 toh nyatanya banyak cerita2 misteri perkawinan yg belum seluruhnya terungkap.


03. WAROK.

Perjalanan keluarga baru  Abdulah Satari  dan Siti Soekarmi yang pada awalnya  dibawah bayang2 ekonomi orang tua  berangsur berubah karena diterimanya  Abdulah Satari di kepolisian berkat bantuan sang kakak Saleekan yang sudah jadi polisi sejak 10 th sebelumnya, setidaknya kini Soekarmi sudah memasak di dapurnya sndiri   bukan di dapur orang tuanya.;

Dalam skala kecil2 an  keluarga ini  sudah dapat dikatakan sebagai  keluarga yang  establish,  anak2 mulai tumbuh sehat, anak pertama Siti Maimunah  { 4 tahun} , Siti Djuwariah  { 2 tahun } , Siti Kiptiah  {  3 bulan }sedang lucu2nya menghiasi keluarga kecil ini  , maklumlah tinggal didesa dilereng gunung lawu yang sepi  dimana sedikit sekali hiburan  boro2 keramaian pasar malam,  pasar siangnya pun  hanya  diadakan sepekan sekali { pasar kliwon }saja, itu yang barangkali menyebabkan banyak sekali kelahiran bayi2 . Ada juga keprihatinan keluarga ini dari keberadaan anak2nya, bukan hanya ditinjau dari jumlah  dan  kecepatannya,  tetapi  juga jenis kelaminnya , bayangin 5 tahun tiga  anak lahir sungguh kilat, tiga2nya perempuan lagi wah,,…Kebon sari adalah salah satu desa di Madiun yang berbatasan langsung dengan kabupaten Ponorogo   yang lebih terkenal dengan julukan   kota Warok, Warok adalah sebutan  dari seseorang yang sakti dibidang supranatural dan kanuragan ,Konon dahulu para Warok ini  adalah tentara / prajurit kraton Mataram yang lari keperbatasan  dengan kerajaan Dhoho di Kediri disebelah timur di lereng  gunung Wilis ;  Disini mereka bermukim dan mendirikan tempat berlatih kanuragan bagi laki2 atau pemuda2 calon prajurit kerajaan.Dan pada umumnya mereka memiliki kebudayaan local  dalam rangka mempertahankan kesaktiannya yaitu mereka tidak menikah ,sebagai kompensasinya mereka memelihara pemuda belasan tahun yang imut untuk dipiara dan dijadikan gendak, budaya inilah yang kemudian menjadi momok bagi keluarga2 yang menginginkan punya anak laki2, mereka takut anak lelakinya dijadikan gendak oleh warok; Namun  tidak demikian untuk Abdulah Satari , sebagai mantan  pemberontak the Seventh Provincen apalagi kini dia sebagai seorang polisi yang salah satu pekerjaannya adalah menangkap pencuri , kebudayaan local tersebut tidaklah menjadi masalah, dia merasa pede menghadapi hal tsb.  Dia memohon kepada Tuhan yg maha esa semoga dikaruniai  anak laki2 karena ketiga anak yang sudah ada semuanya perempuan , lagipula sebagai anak tuan tanah dia juga  memiliki cukup sawah ladang yang tentunya wajar dan sepantasnya di garap atau diurus oleh anak laki2.

Ahirnya, benar juga keluarga ini mendapatkan anak laki2 pertama setelah sebelumnya  anak ke empat belum sempat terlahir { meninggal di kandungan} , laki2 juga  dan diberi  nama Prayitno. Sedangkan adiknya , anak laki2 yang sangat ditunggu kedatangannya adalah  anak ke lima yang lahir sebagai anak laki2   pertama sehingga diberi nama Suprapto Rahardjo yang artinya kurang lebih ;   Yang  kehadirannya sangat diharapkan , kini sudah dating  dg. selamat l Dan orang ini pulalah sebenarnya   yang  menulis memoir ini,  Tanpa mengurangi hormat saya kepada nama2 yang sudah saya sebutkan didepan, terima kasih tak terhingga kepada para nara sumber yang juga merupakan saudara tua, sesepuh, teman/tetangga   bapak  Abdulah Satari   atas informasinya hingga tulisan ini tetap terjaga obyektifitas dan mendekati kebenaran nya.

Terima kasih juga kepada si[ pencetus ide menulis ini yang datang dari anak laki2 saya sendiri yang kini tinggal bersama  kedua anak laki2nya   serta isterinya yang keturunan Peru di Toronto Kanada sejak th 2001.

Tidak bermaksud membesar2kan,, tetapi memang begitulah adanya  , sejak kelahiran anak ke  lima  ini  keadaan rumah menjadi berubah ramai banyak tamu, mereka ada yang memang diundang bapak   ada juga yang dating sekedar menyampaikan ikut gembira bisa juga punya anak laki2   ada juga yang ingin  tahu  keunikan anak ini, tadinya keunikan anak ini membuat takut  semua orang terutama ibu dan bapak nsampai teriak2minta tolong  akan tetapi hal itu berangsur hilang karena “ “sudah biasa”,  dan tetap baik2 saja  ,  keunikan anak ini adalah dia itu tidak bisa  merengek  ,kalau menangis dia akan langsung keras   ngeeeeeerrr…….., terus badanya membiru diteruskan tidur sambil berkeringat , begitulah , sehingga para tamu seperti di komando untuk tidak membuat anak itu merengek  atau  menangis , jadi lengkaplah sudah sarana untuk memanjakan anak ini, jadi sepertinya semua orang seakan punya kuwajiban untuk membuat dia itu senang gembira, diluar keunikan ini seperti banyak anak kecil pada umumnya ,dia itu ceria cenderung agak hiperaktip  terutama setelah mandi dia akan melarikan diri, ,menghindarkan diri dari handuk, pernah suatu kesempatan bernostalgia seorang mantan pembantu rumah tangga mengungkapkan perasaannya:  byuh2 den Prap niku nek  bibar siram mesti mberot lari2 , lunyuneram nek digujer njku mboten saged,

Tanda2 bekas kemanjaan tsb masih segar saya rasakan, saya masih bisa merasakan rasanya jari2 tangan bapak waktu menyuapi makan, saya juga masih segar ingatan sewaktu  eyang Pawiro menuntun ke kandang bebek setiap bangun tidur untuk mengambil telor2 bebek yang berjatuhan di lantai kandang.

Namun kemanjaan ini tidaklah membuat anak ini kemudian berubah dari keadaannya sebagai anak desa alias cah ndeso, dia tetap saja anak ndeso yang akan ngambeg kalau tidak diajak kondangan  orang tuannya, dia akan marah  kalau gambar wayang miliknya diambil, dia akan teriak2 kalau terlambat didulang makan demikian juga kalau terlambat dimandiin, itu bisa dimaklumi karena meliunya                   { lingkungannya } adalah para pembantu { Laki Perempuan} adalah orang ndeso sekitar yang  sangat takut  dipecat dan yang yang akan selalu mengalah serta menganggap anak itu sebagai raja yang tidak boleh dilawan.
  
Oleh karena ini pulalah dia menjadi jarang sekali menangis atau dengan  kata lainnya  jarang tidak dituruti setiap kemauannya . Komplit sudah dia kini menjadi bukan lagi anak yang manja tetapi sudah menjdi anak yang  super manja plus fanatik manja .  Berarti kalau sampai dia kedapatan menangis itu berarti hahatinya mengalami kesedihan  atau ketidak nyamanan yang sangat, seperti yang pernah ia alami suatu ketika sekitar magrib, waktu itu itu umurnya sekitar 4 tahun,dia berada di gendongn seorang pembantu perempuan  y ang sedang super sibuk membetulkan kain gendongannya yang merosot terus karena anak yang di gendong meronta nggak karuan, sudah habis pohon pisang, pohon singkong,pohon bamboo dibelakang rumah sekalipun yang di katakan  sebagai hantu galak yang sedang gentayangan mencari ansak2 kecil yang sedang menangis , tetapi tidak mempan , anak itu tetap meronta dan teriak2 menangis, hati anak itu benar kesal karena dia ditinggal orang tuanya kondangan apalagi yang di ajak hanya adiknya saja meskipun dia juga tahu membawa dua anak kecil mengendarai sepedah tidaklah mungkin, dia akan sanggup menangis berjam2 kalau  hatinya sedang kesal seperti ini.
  
Sebenarnya anak ini tidaklah cengeng, dia akan menangis pabila hatinya benar2 kesal , chasnya anak ini akan kesal bila dia diganggu keberadaannya didalam keluarga misalnya tidak dianggap keluarga, dibedakan antar anak2 keluarga , mendapatkan perlakuan berbeda dari saudara2nya yang lain .

Anak ini juga agak penakut  terutama berada diatas jembatan, dia akan ketakutan melihat air mengalir deras  dibawah jembatan , dia akan  memilih  merangkak bila disuruh  jalan diatas gerbong kereta api yang sedang jalani, bahkan dia sampai metal phobia yitu jijik berlebihan terhadap metal yang dipakai untuk  mengumpulkan kotoran dan cairan missal nya peniti karena untuk mengorek  kuping, sisir karena setelah dipakai kotoran terbawa di celahnya,uang koin karena dipakai kerokan , sampai dewasa dia tidak berani menyentuh uang koin bekas kerokan, peniti baru sekalipun, dia juga kalau sisiran menggunakan sisir metal/ aluminium  akan menggunakan tangan kiri / jijik  , oleh karena phobi ini juga dia tidak mau melihat apalagi memegang  bawang merah yang sudah bersama koin dan minyak untuk kerokan hal ini berkembang menjadi phobia bau apalagi memakan bawang merah  terahir ini phobia terbawa sampai tua / kini..

Demikian itu cerita  anak laki2 pertama, atau anak ke 4 keluarga Abdulah Satari dapat diceritakan sendiri oleh ybs, karena memang selain adanya  nara sumber,  ybs. Juga masih dapat  merasakan  apa yang terjadi saat itu . Mengenai  anak ke 5 dan ke 6 yang kebetulan juga laki2 semua  bukan berarti tidak ada ceritanya tetapi memang kami biarkan kosong agar adik2 saya itu yaitu Djoko Samekto dan  Bambang Bangun Topo {dh Bambang Susilo Hadi} dapat menulis sendiri agar cucunya puas alias marem. ;Saya hanya sanggup memberi sedikit masukan  mengenai  ini: anak laki2 pertama sampai ketiga ini memiliki kechasan wajah perangainya seperti siapa yang katanya dibenci oleh ibu Siti Soekarmi  ;yaitu  anak ke empat  matanya sipit seperti Jepang maka mendapat nama panggilan  Pang { Jepang}, anak nomor lima mirip Belanda  { putih Blolok2koyo Londo} mendapat nama panggilan Djoko blondo/ Djoko Kendil  karena makannya banyak .sedang anak ke enam memiliki leher yang agak pendek mendapat nama panggilan Pakde.Demikian lah agar maklum adanya

                                                                                             Bekasi  medio Juni 2016.

   Kisah Riwayat Hidup Eyang Suprapto Rahardjo 1

 Setiap anak akan mengalami masa  pembentukan character  diawali saat balita menuju ke dewasa akan diisi oleh masukan dari luar dirinya sampai kecenderunga2 dari dalam dirinya., dari luar dirinya bisa berupa pengaruh dari lingkungan atau keluarga  atau resonansi dari keduanya.; Seorana anak yang manja  karena memang dia itu dimanjakan oleh keluarganya [ maklum anak laki2 pertama [ barep], dia juga anak yang penakut karena dia waktu kecil  sering ditsakut2 I  dengan hantu 2 daun pisang ,pohon bamboo dll.sedangkan  menderita ´” metal fobia “ karena  mengalami sesuatu yang kemudian diolah oleh pikirannya sendiri menjadi  fobia tsb.dia tidak suka  dekat2 dengan orang yang menggunakan banyak perhiasan di tubuhnya misalnya kalung , cincin , gelang dll. , ; Sedikit banyak hal ini juga mempengaruhi  perjalanan hidupnya  di kemudian hari. . Namun character dasar anak ini tidaklah terlalu kelihatan khususnya pada masa anak2 nya,. Hal itu bisa di maklumi akibat  kebesaran atau kebekenan nama keluarganya.  Untuk sebuah desa yang bernama Kebon sari  bahkan  sekecamatannya  Oeteran nama keluarga  bapak Abdullah Satari bukanlah nama yg asing , sehingga  anak ini lebih dikenal sebagai “ Den Prap putranya Den Dullah dari pada namanya sendiri, kebekenan keluarga ini hampir menutup seluruh hal  ihwal masa kecil  anak2 keluarga ini.  Eluarga ini memiliki banyak putera puteri , sehingga  anak2 yang lebih dahulu lahir harus bisa sebagai pengasuh adik2nya, karena saya adalah anak laki2 pertama [ ketiga kakak saya perempuan ], maka ibu saya berinisiatif mendatangkan seorang pengasuh dari ke;luarga sendiri  anak laki2 2 [ dua]tahun lebih tua yang berasal dari  desa  Sidorejo Gantrung [ lebih desa dari Kebon sari] namanya mas Bahar, meskipun lebih tua tetapi  harap maklum dia itu tentunya ya lebih ndeso hingga ahirnya ya begitulah. Kami masih saja banyak gumunannya . Kami menjadi  cukup ahli  angon wedus  dan uncal  [ sejenis arisan rumput makanan kambing.}


Sebagai keluarga pejuang kemerdekaan, tentu tidak akan absen setiap acara peringatan hari kemerdekaan { 17 Agustusan }, saya bersama kakak 2 perempuan saya menghadiri perayaan di pendopo rumah bp. Soebaron { anggauta DPRD}menonton pertunjukan drama simulasi perang/ perjuangan TRIP melawan tentara Belanda dimana pemuda TRIP mati tertembak ,dimana kemudian tentara atrip dimakamkan secara militer { itu yg. Kami tonton} tokoh Pemuda TRIP diperankan oleh putranya pak Soebaron yg seumur dg. saya namanya  Nugroho  saya masih ingat wajahnya karena dia sangat terkenal saat itu, saya tidak yakin sebaliknya.Ada lagi seangkatan saya namanya Yunus, dia ini yang ngajari saya berbohong di sekolah untuk pertama kalinya, karena ingin menghindar tidak ikut pelajaran olah raga dia ajak saya ke poliklinik sekolahan  dan bilang sakit batuk , kemudian saya dikasih obat batuk yang rasanya sangat asin sampai saya muntah membuat saya kapok  pok. Terachir dia saya cari di dekat  rumahnya { kebetulan saya sedang akan menziarahi bapak ibu  di sarean Mangunarsan } waktu saya tanya seseorang di dekat rumahnya  dijawab mbah yunus sudah wafat setahun yl. Yah beliau ninggalin saya .Itulah dua orang seumuran saya yang saya ingat benar, sedangkan untuk yang lebih dewasa ada putranya pakde Salekan nomor tiga mas Kelik , putranya yang lain tidak terlalu dekat  karena mereka seumur dibawah sedikit dari bapak saya.Selain orang 2 ini ada lagi dua orang anak perempuan  tetangga yang bernama dik Nuraini dan dik Komariah { dik Nur dan dik Kom } mereka seumuran saya dan adik saya, kami ini oleh kakak2 perempuan saya dijadikan semacam boneka  untuk permainan manten2an,kami didandani seakan manten kemudian diarak menuju sarean Mangunarsan untuk mengendarai bus yang dlm hal ini berupa cungkup kuburan dan saya yang menyupiri  ,mengerang2 disisi barat cungkup. , wis to jan seneng tenan..Ditambah lagi hamper setiap bulan muda keluarga semuanya charter dokar untuk belanja bulanan ke pasar besar di kota Madiun dan kami selalu jajan gulai kambing di dalam pasar  apalagi didalam dokar saya selalu duduk di samping supir/ kusirnya menambah kemareman saya.

Sekolah, saya tidak ingat saya sekolah apa di Kebon sari ini , yang saya ingat adalah  setelah  keluarga pindah ke kota Madiun, saya bersekolah di SR. Mardi Kenyo, begini critanya .

Sekitar th.1951, ayah mendapatkan promosi kerja di pemerintahan Kabupaten Madiun, sehingga  keluarga juga harus ikut pindah ke  kota Madiun yaitu pindah ke Jl. Mojopahit No. 94 Boboran Winongo Madiun. Saya ingat perabot rumah tangga diangkat malam hari menggunakan kendaraan klutuk { kereta ditarik oleh dua ekor sapi, pagi2 baru sampai ke rumah jl. Mojopahit boboran winongo. Pagi itu banyak sekali  tetangga yang pada bantuin nurunin dan menata perabot rumah, mereka adalah sebagian besar pemuda2 sekitar .Waktu itu saya merasa bangga setengah heran thd. Bapak saya yang tiba2 sudah banyak punya anak buah di tempat yg,baru  , belakangan baru aku tahu  setelah  beberapa tahun kemudian salah satu dari pemuda2 tersebut menjadi calon su,aminya kakak perempuan saya yang nomor satu .Maklumlah rupanya  bapak saya pindahan rumah bersama  3 tiga orang gadis yg. cantik2  yang notabene kakak perempuan saya itu.

Dari rumah di Boboran Winongo Madiun inilah yang kemudian menjadi  titik awal kehidupan masa anak2 selepas dari masa Balita saya. Didepan rumah ini ada tetangga  yang bernama ibu Sumiati/ bu Sum, dia adalah seorang  guru Sekolah Dasar yang suaminya masih rekan kerja bapak saya., beliau inilah yang membantu keluarga  saya  mencarikan sekolahan dimana saya dapat  mengawali pendidikan saya di kota Madiun ini , sekolahan dimaksud bernama SR. Mardi Kenyo  dimana ibu Sum juga mengajar di sini, Sebenarnya sesuai namanya sekolahan ini diperuntukkan  bagi murid2 perempuan , namun dalam perjalanannya sekolahan ini juga menerima murid laki2. , hanya saja porsinya tidak sebanyak murid perempuan , sehingga  setiap bangku yang panjangnya hanya satu meter itu harus diduduki oleh dua orang murid., saya sedikit beruntung karena karena dianggap anaknya ibu Sum dan dikasih duduk di bangku terdepan bersama anak perempuan yang cantik.Saya jadi ingat waktu di jadikan manten2an bersama dik Nur, hanya bedanya saya lebihsering  atau selalu duduk berdampingan setiap hari sekolah, Lebih dari itu kami sering beradu lengan pantat { saking dekatnya posisi duduk kami } bahkan sering sekali rambut dikepalanya nempel di pipi atau hidung saya kalau dianya kebetulan ingin mengecek  tulisan saya./PR saya, oleh teman2 sekolah saya di pacokkan dengannya dan sepertinya kami setuju sekali , tetapi berani sumpah saya tidak ingat  nama dan rumahnya. Payah loe.ah…|

Sekolahan SR. Mardi Kenyo ini nampaknya statusnya belum negeri karena kelas2nya masih menggunakan rumah2 warga desa antara lain klas 1&2 menempati rumahnya pak Saleh tetangga rumah dimana kedua anaknya Marimin& Marsudi juga sekolah disini  kelas2 lainnya ada di desa Tambak Rejo dan Juwed., Oleh karena itu juga saya dipindahkan ke sekolahan yg. sudah berstatus Negeri yaitu SR. Benteng yg. terletak di pinggir seberang  timur kali Madiun { untuk diketahui rumah Jl. Mojopahit kira2 500m sebelah barat kali Madiun.} .Di sekolahan Benteng ini saya menjalani klas5 s/d klas6/ujian SR diajar oleh  seorang  guru yang kejam { special ngetak dan njenggit },banyak sudah murid2 yang merasakannya saya sendiri mengalami sekali di jenggit sakit pedih sekali karena lupa  mengerjakan PR. Ya kurang lebih dua tahunlah saya bersekolah disini sampai ujian nasional LULUS pas2an {nilai rata2 6 lebih sedikitlah}. Disini lagi2 keluarga mengambil seluruh  peran  saya lagi , saya tidak perlu repot2 cari sekolah lanjutan lagi.. Pada suatu sore ibu memanggil saya , sambil menghadapi sebuah piring besar berisi  panggang seekor ayam besar:” Le kowe nyango Klegen  nenggone mas Ahmad caosno iki , maturo saka ibu yo ,terus maturo .  pisan yen kowe wis lulus ujian ngono ae yo.. Dan jangan heran bila kemudian saya dapat sekolah lanjutan pertama di SMP  Negeri 1 ,sekolahan SMP Faforite/ Elite yg terletak dibelakang kantor karesidenan Madiun yang mana hanya murid yang memiliki rata2 nilai diatas 8 yg. bisa masuk ke sini. Lagi2 saya   / diangkat oleh  keluarga, dapat sekolah lanjutan yang faforit tanpa dengan nilai yang baik bahkan hanya  dengan minimum passmark  saja Di sekolah baru ada satu nama yang nantinya akan tetap berhubungan dengan saya karena perkerabatan namanya : Djarot Imam Subechi .  panggilannya Oot.  Begitu.. Kemudian kesertaan saya dalam mengikuti  pendidikan di sekolahan ini juga biasa2 saja  sehingga begitu ujian saya alhamdulilah lulus hanya saja nilai ujiannya pas2 an saja , dimana muaranya sudah jelas sMA. Swasta . Sebuah sekolahan SMA yang tempatnya nebeng di sebuah Sekolahan SR.  bernama SR. INdrakila di JL. Sulawesi Madiun.. SMA dimaksud bernama :SMA Nasional atau diplesetkan SMA Saminongal karena ternyata muridnya semua laki2 meskipun jurusannya juga lengkap A, B, dan C. tetap saja semua muridnya klaki2 saja tanpa disengaja .

Disekolahan ini saya bersekolah kemudian, mengambiln jurusan B  pasti alam jam pelajaran dari jam 13.30 s/d jam 17.30  setiap hari kerja..Ada nama2 beken di sekolahan ini terutama guru2 yang terkenal namanya  antara lain Pak Sayogo { mbah Go ] guru kimia, Ibu Kusumowardani { bu Kus } guru Goniometri.dan Analit, Pak Krissapardan guru Stereometri dll. Memang  sebadgian besar guru SMA ini adalah Guru2 SMA Negeri I .

                                                                                                                    Bekasi September 2015.


Kisah Riwayat Hidup Eyang Suprapto Rahardjo 2

Waktu itu masa SMA { 1962- 1964]  adalah masa2 yang menentukan masa depan  siapapun  bila paska SMA meneruskan ke  AMN,AAu,AAL, API, PTIK, atau sekolah2 plat merah lainnya bisa dipastikan kedepannya jadi orang yg2mapan , dan tahu sendiri untuk mendapatkan hal diatas maka siapapun mau tak mau harus rajin dan pintar, inilah yg me motifasi setiap anak SMA , mereka seakan berlomba…

Bagi saya sendiri , kalau ditinjau dari sisi social bukan hanya saya tetapi bagi seluruh keluarga , kami  baru saja mengalami kesedihan yang sangat karena kepergian  selama2nya ayahanda kami yang tercinta. Karena lever unstaking/ radang hati yang sudah dideritanya sejak ayah pension.Bukan hanya kesedihan dan membuat adik2 kami menjadi yatim tetapi juga keadaan ekonomi keluarga yang memprihatinkan apalagi uang pension ayah kan tidak dapat serta merta cepat cair / keluar, .ada sementara masa dimana hidup kami sangat tergantung oleh saudara2 ayah saya antara lain : pakde Gunawan, mas Ichsan, pakde Salekan,, eyang Noto Dll. Tidak bisa disebutkan satu persatu.

Dilihat dari sisi biaya pendidikan kami mengalami keadaan yang kebetulan yaitu saya dengan kedua kakak saya  sama2 merupakan murid SMA meskipun beda kelas dan sekolahan sehingga kami hanya memerlukan satu buku pelajaran saja yang dapat kami gunakan bersama secara bergantian. ,dalam hal ini sayalah yang paling diuntungkan karena saya klas 1 SMA Nasional sedangkan kedua kakak saya kelasnya lebih tinggi di  SMA Negerin  dan SMA Cokroaminoto. apalagi kakak saya itu rajin dan tekun mencatatkan /menulisi  kesulita2 di buku pelajaran yang pada gilirannya memberi saya posisi advanted,  memudahkan saya belajar atau katakan membuat saya pintar/ berpengruh di kelas karena dianggap serba tahu …asyik.kan?!Posisi advanted ini kemudian dipuncaki oleh julukan baru yang didapat dari pernyataan salah seorang guru  yang melontarkan julukan “ kecil2 cabe rawit” untuk saya serta seringnya julukan itu di ungkapkan didepan kelas membuat saya malu2 tapi bangga.juga , disatu pihal hal tersebut cukup membanggakasn untungnya hal tersebut juga memacu  semangat saya   merealisasikan julukan tersebut sehingga kayaknya  kok saya itu merasakan julukan itu , ya saya merasa menjadi anak pandai terbukti dari kasus2 harian di depan kelas serta nilai ulangan bahkan hebatnya saya kini mengerti hakekat pandai itu, menurut saya  pandai itu hakekatnya adalah “ mengerti”ya mengerti masalah juga  mengerti mengatasi masalah . Lalu suka dukanya menjadi anak pandai itu bagaimana , tentu saja sukanya ya banyak sekali  antara lain perasaan bangga diri sendiri karena selalu diperlukan setiap ada persoalan/ masalah, pendapatnya selalu dianggap paling benar,merasakan menjadi orang terkenal seperti layakny celebrity lah sedangkan dukanya  bila kita salah menyikapi terhadap perasaan itu  misalnya  perasaan selalu dibutuhkan bila ditambah dengan kesombongan pastilah ada arogansi atau ketidak adilan ,payah kan?!.Jadi intinya menjadi orang pintar juga tidak mudah ,harus pandai2 bersikap, salah2 bisa menjadi musuh masarakat  nggak enak kan ?!

Ujian Nasional SMA 1964 inilah ujung dari ke advanted an saya, kerajinan dan ketekunan kakak2 saya  dalam menulis catatan2 penting di buku pelajaran kami , telah saya pertaruhkan untuk menempuh uji nasional SMA 1964 dan hasilnya “ mengesankan “  saya bukan hanya lulus tetapi lulus dengan nilai terbaik di sekolahan,juga kedua kakak saya  yang kebetulan juga mengikuti ujian  SMA pada tahun yang sama yaitu1964  Semua juga sudah tahu bahwa nilai untuk ujian nasional SMA tidaklah terlalu penting karena sebagian besar  lanjutannya tidak lagi mensyaratkan nilai tertentu tetapi  hasil test phisik dan  test pschico  akan lebih diutamakan terutama oleh akademi2 plat merah alias bersubsidi yang menjadi idaman setiap lulusan SMA.

Tentang keadaan saya sekarang , keadaan ekonomi keluarga tidaklah memungkinkan saya dan kedua kakak saya  meneruskan kuliah di unifersitas negeri sekalipun , oleh sebab itu saya menyiapkan diri saya untuk  sekolahan yang  berikatan dinas misalnya AMN,AAU,AAL,PTIK,AIP, API , Akademi Statistik, sedangkan keadaan phisik saya mengharuskan saya tidak terlalu mengharap banyak kepada akademi militer karena maklumlah phisik saya sangat kurus [ beratnya kurang],, dan benar juga saya mengalami kegagalan untuk test masuk AMN,AAU, AAL, dan PTIK.

Beberapa bulan setelah pengumuman kelulusan ,kakak saya nomor dua cepat memutuskan divert ke jurusan perguruan yaitu PGSLP[ Pendidikan Guru SMP} yang dua  tahun kemudian kakak saya itu menjadi guru SMP Caruban., Sedangkan kakak nomor tiga memilih kerja setelah mendapatkan kesempatan/ bantuan dari  direktur RS. Paru2  dr. Han , kakak saya ini merencanakan kuliah sambil kerja. Kalau saya sendiri sedang menunggu panggilan  sekolah 2 yang sudah saya ikuti testnya dan lulus misalnya Akademi Statistik,  Akademi Perhotelan  Ambarukmo dan Akademi Penerbangan Indonesia  Curug Tangerang, dimana yang terachir ini saya akan menceriterakan lebih detail agar diketahui lebih lengkap oleh anak cucu dengan harapan dapat menjadi reference ataupun inspirasi  .Begini ceritanya.

Seperti diketahui Test Akademi Penerbangan adalah test SEkolah plat merah yang diadakan terachir, sudah menjelang dekat dengan waktu mulainya kuliah di unifersitas2 ,saya sendiri sudah akan mulai/memuaskan diri  mau kuliah di ATM yang beraffiliasi dengan Fakultas Teknik UNBRA Malang. Saat itu saya & keluarga  sudah tak ada kemampuan dana untuk mengikuti testAPI itu , meskipun nantinya seluruh biaya akan diganti API tetapi modal awal untuk jalan ke Solo kan harus kita usahakan dulu.Setelah mendengar usulan saya serta pertimbangan yang cermat { harap maklum} achirnya ibu setuju  saya menjual beras  pembagian pensiunan bulanan..Saya diutus ibu mengambil  jatah berasnya serta menjualnya  sekalian di tempat pembagian jatah itu, saya lupa berapa kilo beras yang saya jual yang jelas kemudian saya dapat uang cash untuk ongkos ke Solo  plus sisa beras yang tidak dijual.dg. perasaan senang.

Pergi ke Solo berm odal karcis KA Ekonomi sekali jalan { sambil berharap dapat penggantian di tempat test  guna  ongkos pulang]  serta beras  setengah kilo sebagai iuran peserta rombongan teman2  test  ex  Winongo Madiun{  total 12 orang } untuk diserahkan  ke  keluarga salah satu kawan test di komplek Sriwedari Solo  kmi juga mondok /[ masih berkerabat gengan lurah Sriwedari Solo.dengan tidak lupa melakukan ritual keluarga pemberian pangestu ibu , ddengan cara saya bertiarap di depan pintu rumah, saya mencium kedua kaki ibu sementara ibudengan khusu berdoa ke Allah swt untuk keberhasilan saya test. Itulah  bekal saya untuk menghadapi test API di  gedung  Balai Prajurit Solo , chususnya ritual pemberian restu ibu ini sangat jarang dilakukan , saya sendiri baru mengalami sekali inidan belum pernah kakak2 saya sekalipun,mengalami hal tersebut saya merasakan tambahan ke pedean saya seakan saya harus membuktikan diri  sebagai  cabe rawit , julukan yang saya sandang itu.Strategi tepat sudah saya rancang untuk menghadapi soal2 mutiple choise test ini [ pemilihan strategi ini saya rasa  adalah spesialisasi keahlian saya }. Pagi 2 sekitar jam 07.00, dihalaman Balai Prajurit sudah penuh  para  down juga , rata2 mereka  berbadan bagus mereka 2 itu yang tidak lulus test AKABRI, dll . Sekitar jam 08.00 pagi  kira2 1000 peserta test sudah memasuki gedung dan duduk di kursinya sesuai nomornya.Sekitar satu setengah jam test tertulis selesai sudah , dan sangat cepat koreksinya karena mereka pakai sistim plong, menjelang jam makan siang ada pengumuman bahwa akan  ada penyebutan nama2 yang diminta untuk masuk ke ruang administrasi  guna menukar tiket angkutan untuk mendapat penggantian/ penggantian ongkos jalan  , hal begini saya sudah familiar karena test2 di AKABRI juga mendapat penggantian uang jalan, tetapi untuk kali ini saya merasa aneh karena dari seluruh rombongan ex Winongo,Madiun tinggal saya yang belum dipanggil ,chawatir ketlisut dan tidak mendapat penggantian saya memberanikan diri  tanya ke ruang administras ,saya temui salah seorang petugas yg. terdekat{ yang belakangan saya ketahui namanya bp. Trenggono } saya tidak mendapatkan jawaban yang simpatik malahan saya dibentak  “ kamu jangan sok ya !!. Saya mengkeret dan kebingungan nggak mengerti  maksud jawabannya . Beruntung petugas lain yang  terlihat kasihan sama saya  kemudian dsatang mendekati saya dan berkata lirih “ jangan kaget begitu dong, itu  maksunya  kamu akan dipanggil belakangan bersama2  dengan peserta test  yang lulus sekalian untuk mendapatkan penjelasan untuk test kesehatan berikutnya di Maguo Jogyakarta,; Achirnya begitu giliran dipanggil memang kami lulus test semua adayang prenerbang, ada yang Radio seperti saya adatang Mekanik, kami tidak  banyak hanya sekitar 20 orang saja,dan kami tidak hanya diberi penggantian uang jalan tetapi juga uang  saku untuk tiggal di kota Jogya. Ada dua  orang  yang saya  masih ingat karena perannya thd, diri saya  yaitu 1. Okky Daryoko dia penduduk JOgya , dia menawari saya tempat tinggal dirumahnya  apabila saya tidak ada kreluarga atau dari pada saya tinggal di penginapan.belakangan saya tetap bersamanya sampai dia kini sebagai capt. Okky  Daryoko  Garuda Indonesia Airways sedangkan satunya saya lupa namanya dia itu anak kandungnya lurah Sriwedari yang kebetulan juga lulus test dan bersama saya ke Jogya , ssaya terpaksa nginap  semalam lagi karena saya sudah ditinggal pulang rombongan Madiun.

Acara saya menunggu test kesehatan adalah mencari keluarga yang bisa ditumpangi  selama menghadapi test di Jogya, ,ada sepupunya bapak saya yang bernama Oom Mulyono memberi pengsarahan agar saya tinggal saja di rumah keluarga sendiriyaitu rumah Oon Suwindo di daerah Baciro  Jogya Timur.{ Belakangan akan kejadian  oom Suwendo ini adalah pamannya ipar saya { suami kakak saya nomor2 ] udk mertua kakak saya itu bernama Suwandi, Oom Suwendo itu adiknya.

Tidak banyak cerita tentang test kesehatan  di JOgya  karena memang saya cukup sehat juga karena  indek tinggi- berat badan tidak dipersaratkan untuk jurusan Radio Engineer yang saya ambil. Saya melewati dan dapat lulus kesehatan saya, selanjutnya saya pulang ke Madiun menunggu panggilan bila memang saya lolos  seleksi achirnya.. Cukup lama saya nunggu sambil terus melaksanakan kuliah di ATM UNBRA sampai pada suatu hari saya menerima surat dari teman saya anaknya lurah Sriwedari Solo yang isinya dia kecewa kok sampai sekarang dia belum mendapat berita lebih lanjut  diterima apa tidak dari API Curug., apakah saya punya kabar beritanya , dia juga cerita mendapat kabar dari kawannya yang sudah menjadi taruna di API Curug jurusan ATC bahwa API membuka pendaftaran jurusan baru Aircraft Engineer   Yang sayangnya sudah dipenuhi oleh lulusan AEM { Aircraft Mechanic  adalah nama jurusan di API yang mensyaratkan ijazah SMPsaja} yang memiliki ijazah SMA. Karena Aircraft Engineer ini adalah jurusan yang mensyaratkan ijazah  SMA . Mendengar berita ini   saya merasa dicuekin/dipermainkan oleh API, kenapa saya yang notabene sudah lulus dan berijazah SMA tidak ditawarin jurusan ini, timbulah niat  nekad saya untuk complain /marah kepada API .Kemudian saya tulislah sebuah surat kilat : Kepada Yth. BApak Kepala Seleksi Penerimaan Mahasiswa API di CURUG TANgerang  yang isinynya memperkenalkan diri saya yang sudah lulus test di Solo dan Jogya,menanyakan adanya jurusan baru dan pernyataan bahwa saya bersedia dimasukkan ke jurusan tsb,  dan GOOOOOOAAAAL, ditonton sekeluarga saya koprol di dapursambil teriak horeee!! , Ya Allah  matur sembah nuwun sanget  Alhamdullilah  saya malah dipanggil masuk ke API jurusan Aircraft Engineer, ;Yang namanya sudah takdir Allah Swt, mudah sekali membuat schenarionya , jurusan AE itu nyatanya sudah mulai kuliah sebulan  lamanya sebelum saya dipanggil masuk  disitu ; Satu kelas AE berisi 31 murid hamper seluruhnya adalah para pilot yang tidak lolos seleksinya serta beberapa AEM yang sudah kerja di Kelaikkan Udara   [  pns  tugas belajar.

                                                                                                             Bekasi September 20015


Kisah Riwayat Hidup Eyang Suprapto Rahardjo 3

Perjalanan ini adalah yang terjauh yang pernah saya jalani setelah perjalanan ke Jakarta untuk test di Akademi Sttatistik kemarin ‘ Ya kira2 60 Km lebih jauh kearah barat yaitu Jakarta = Tangerang= 30 Km Tangerang- Curug 30 Km ‘Waktu test Akademi Statistik saya mendapatkan teman jalan sejak dari Madiun hingga rumah mas Ichsan di Cawang { tempat saya mangkal } yaitu Mas Narto { mantunya bude Caruban} sedangkan perjalanan ke Curug untuk memenuhi panggilan API saya berangkat sendirian sesampainya di Jakarta saya mencari rumahnya mas Cipto di Matraman { pacarnya kakak saya nomor 3 } uuntuk menginap, paginya saya diantar mas Cip ke Grogol naik scuter ,kenmudian diteruskan bus Gamadi sampai Tangerang  dekat Masjid Agung ganti truk bareng bakul2 yang habis jualannya menuju Bitung. Dari Bitung saya naik opelet Hilman menuju Curug pasar , dari sini jalan kaki menuju API kira2 sejauh 4km.Perjalanan dengan Hilman darii Bitung sampai Curug saya ada catatannya antara lain dikiri kanan jalan banyak didapati kuburan cina dan  terkesan sepi sedikit ada rumah  dan deso tidak mengesankan jalanan menuju pusat pendidikan penerbangan yang modern  bertaraf  internasional. , sedangkan dari Pasar Curug ke API.diisi banyak pejalan kaki dan pesepedah, dikanan kiri jalan dipenuhi oleh  banyak sekali seperti semak2 pohon rambutan yang buahnya sampai ke tanah jalanan, sampai2 dahannya tidak mampu menyangga buahnya.sangat mengesankan memasuki desa rambutan.. Saya berjalan kaki dari terminal pasar Curug ke API kira2 sejauh 4km dengan santai dan nyaman sekali. Sesampai di pos Main Building saya lapor kedatangan  kepada petugas duty disitu. Saya tidak tahu harus kagum  kepada siapa, saya kagum  kepada API yg  begitu rapi administrasinya , dari petugas tadi saya mendapat informasi bahwa tempat tinggal saya di  Barak I kamar nomor 4 , disitu sudah ada 2 orang teman sekamar dari jurusan AET dan  AEM , dari petugas saya juga diberi jadual kegiatan saya secara lengkap , diam2  saya juga  mengagumi diri saya sendiri , karena saya merasa sangat diperhatikan  di pentingkan  semua kebutuhan saya di persiapkan  sebelum kedatangan saya sekalipun jadi saya merasa begitu penting sehingga kedatangan sayapun perlu dipersiapkan dengan se baik2nya agar saya menjadi merasa terhormat dan senang….”Istimewa”!!       
                                                                                      
API ini telah memperlakukan saya dengan sangat manja,  seperti saya ini  yang berasal  dari keluarga tidak mampu terutama sejak 4 tahun terachir sejak ayah saya meninggal dunia, API sangat memperhatikan  hampir semua kebutuhan saya lebih dari apa yang keluarga sendiri berikan , ada baiknya saya bocorkan sedikit apa2 yang saya dapatkan dari sekolahan ini : Kuliah dari pagi hingga makan siang, habis makan tidur siang hingga dibangunin dengan music klask untuk snack sore bisa berupa kue2 dan teh  manis atau satu muk besar  bubur kacang hijau. Setelah ashar dibebaskan olah raga atau kegiatan extra apa saja semua peralatannya disediakan  bisa music ,drum band, sepak bola, basket ,tennis, voley , badminton, karate,judo pokoknya apa saja hinggamenjelang magrib, septelah mandi makan magrib terus acara belajar di rumah/kamar atau nonton film bersama  naik bus ke Tangarang, Ibadhah ke Masjid PAsar Curug dan gereja Tangerang diantar dengan Bus ,  Week end ke Tangerang dan Jakarta antar jemput dengan Bus  dll sampai hal yang kecil2 sekalipun.
 
Saya di kelas atau Course Aircraft Engineer II ini merupakan siswa terachir  datangnya ke kampus API, yang juga kebetulan  paling muda usianya 18 tahun { saya satu2nya siswa yang fresh from SMA, teman2 yang lain umumnya sudah menjalani kerja atau kuliah  di perguruan tinggi.}; hingga lulus dari API saya diperlakukan sebagai anak bontot ,ya apa boleh buat , lagi pula prestasi akademik saya sungguh pas2an saja , jadi julukan” kecil2 cabe rawit” di  SMA dulu tidak terulang di API ini, “payah”!!.                                  

Bahkan di tahap achir di course Aircraft Engineer ini saya sebenarnya terkena Drop Out karena nilai achir untuk pelajaran metallurgy saya dapat below  passmark , untung pecah G30S PKI sehingga hal tsb terkubur oleh berita dibubarkannya course2 selain penerbang [ jadi termasuk Aircraft Engineer}jadi kejadian selanjutnya adalahsemua taruna kecuali penerbang diliburkan  sampai waktu yang tidak bisa ditentukan alias dirumahkan ; Belakangan terbukti bahwa setelah  hampir satu tahun kemudian  semua yang diliburkan diperintahkan untuk masuk  meneruskan kuliah lag dan menyelesaikan tepat waktu [ termasuk saya sampai lulus Aircraft Engineer  I Sebenarnya di API ini saya agak kelihatan prestasinya justru di bidang kesenian katakanlah bidang music, itu bisa saya raih karena memang waktu di  SMA dulu saya mempunyai group  music ngamen bersama teman sekampung Herry Kusbagyo dan Suyatman yang sempat malang melintang di dunia  ngamen sampai ke kota Solo dan Madiun, sedangkan di API ini saya berhasil  membentuk group band kampus bernama The Spars { rangka utama sayap pesawat terbang } seangkatan Panbers, Rapsodia sekitar 1965 an. Kami  sangat dikekenal di lingkunga renmaja Curug dan Tangerang terutama di pestanya ulang tahun mereka karena kami gratis dan antusias,  tahu  sendiri kan  Curug dan Tangerang adalah gudangnya gadis2 cantik { mirip ke cina2an } dan kami sendiri sudah diakui oleh mereka sebagai  pemuda2 bermasa delpan cerah yang juga merupakan pemuda yang bergaya anak Band lagi, ya sudah pastilah orang tua gadis2 tadi tentu memilih kami, dan  menambah probabilitas menjadi mantunya orang Curug dan Tangerang. Dan memang benar, melalui group band The Spars ini pula kemudian saya dapat kenal gadis2 beken di Curug maupun Tangerang ,satu diantaranya adalah seorang siswa SMA Tangerang yang kebetulan penyanyi band  sekolahannya dan tinggal di Curug bersama orang tuanya seorang pejabat penting di  bandara Curug dan API , nama gadis ini adalah: Endang Ginarti . Group band sekolah  SMA negeri T angerang ini hampir setiap hari Sabtu ikut berlatih di API sehingga  hubungan kami lumayan dekat dan  saya otomatis juga  sering berkunjung kerumah  Endang Ginarti ini  sampai2 saya  juga  menjadi tahu bahwa dia ini punya kakak tertua laki2 serta 3 adik perempuan yang salah satunya hampiir sama tiggi dengannya hanya bedanya rambutnya lebih panjang, gadis ini bernama  Dewi Ginarni:  Nama gadis ini perlu saya garis bawahi karena  belakang hari  atau  sejak 11 Juni 1972  gadis ini kemudian menjadi pasangan hidup saya  dan menjadi ibunya ketiga anak2 saya.seru kan?! Ada juga pertayaan  kalau gaulnya sama  kakakny lalu mengapa yang didapat adiknya , jawabnya realistic , karena sering nya saya berkunjung ke rumah serta karena kakaknya itu sudah punya pacar yang sangat setia menemaninya saat berlatih keAPI Disamping itu fair saja, adiknya itumenurut  saya lebih……….. dari kakaknya, dan  yang jelas dia juga mau sama saya.{ GR}  .O iya ini ada sedikit rahasia dari saya, mengenai semangat cari pacar saya yang kelihatannya  menggebu  saat saya sudah di API ini kaerena : pertama karena DI API ini ke PD an saya yang sangat tinggi  { maklum jaminan masa depan cerah }, kedua karena waktu di SMA waktu saya habis untuk menjaga kakak2 perempuan saya; Bayangkan terutama kakak saya yang nomor2 kalau mau ke rumah pacarnya selalu  minta saya untuk menemaninya, dan kalau pacarnya mengajak nonton bioskup dia pasti minta ke pacarnya itu untuk meminjami celana panjang ke saya agar saya dapat ikut nonton film 17 th keatas itu . ;memang kakak saya ini agak utun alias kuno lah., padahal kawan2 sebayanya tidaklah begitu amat, maklumlah ini cara ibunda Siti Sukarmi menjaga putrinya.Aman…..!!.

                                                                                                                            Bekasi   September 2015


Intervensi -- Kisah Riwayat Hidup Eyang Suprapto 4

Selepas dari API, sesuai penempatannya saya bersama 5 orang  teman saya ditempatkan di PT. Garuda Indonesia Airways  , Divisi Line Maintenance , Departemen Teknik , Kami bekerja berdasarkan sistim shift dimana shift pagi dari jam: 04.00 s/d jam 12.00, shift siang dari jam: 11.00 s/d selesai { toot klaar}.Disini saya mendapatkan seragamkerja /overall  dan seragam kantor , gaji mepet ke rendah karena statusnya masih pegawai honorer. Saya bertempat tinggal/kost di rumah pak Kadis { mertua nya peg Garuda } di jalan Garuda, pinggir jalan kereta api diseberang Sekolahan Taman iswa Kemayoran, Saya berangkat kerja jalan kaki melewati Gg. Keran.masih ingat saya. Namun diGaruda saya hanya bertahan selama ! tahun karena  status honorer entah sampai kapan , disamping itu juga adanya tawaran dari pt.Merpati Nusantara Airlines untuk status pegawai tetap dan gaji dua kali lipat daripada Garuda.Di Merpati ini saya merasa penghasilan saya bisa dihitung2, bisa dibagi untuk ini itu meskipun dalam jumlah yang tidak besar,paling tidak bagaimana agar cukup dan ekonomis  makanya rencana kontrak rumah bersama teman adalah rencana yang sangat masuk akal saat itu, dan daerah kel. Pademangan adalah tempat yang sepertinya memenuhi kriteria dekat dengan tempat kerja alias masih di Kemayoran, daerah tidak mahal / kelas perumnas, lingkungan aman tapi tidak sepilah.Achirnya saya dapat pavilion tiga kamar tidur satu ruang tamu ,teras ,dapur  merangkap ruang makan , dan satu kamar mandi, Saya tinggal di pavilion itu bersama adik saya dan seorang teman  alumni API seangkatan .Kami bertiga tinggal disini cukup menyenangkan terlebih ternyata pavilion ini  dikepung oleh gadis 2 cantik , bayangkan : Induk semang sebelah rumah  memiliki 2 anak gadis, sebelah kiri ada 2 gadis cina yatim piatu bersama dua pemuda kakaknya yang sudah berteman baik dengan kami, depan rumah ada 1 orang  gadis sedangkan sebelah barat  sampai perempatan ada sekitar empat orang gadis2  pokoknya siiip lah.OLeh sebab itu rumah ini dalam perjalannannya tidak pernah sepi dari teman saya atau teman adik saya , namun prakteknya saya dan adik saya serta teman saya tidaklah terlalu sering bertemu disamping memang jadual kerja yang berbeda juga kantor dan tempatnya juga beda apalagi urusannya beda juga,, kami sangat susah untuk makan bersama sekalipun, kami sibuk dengan urusannya masding2 tidak saling mengintervensi satu sama lain, sampai pada suatu hari adik saya minta bicara dengan saya untuk  menyampaikan masalahnya; Bahwa dia baru saja menerima kabar dari pak Yono tetangga   sebelah rumah Madiun  yang notabene adalah orang tuanya dik Wawik pacarnya adik saya itu menghendaki agar adik saya segera menyudahi penggantungan status hubungannya dengan anaknya dan demi menjaga hubungan kedua keluarga dan masa depannya agar segera menikah saja.Mendengar itu semua saya sangat trenyuh terutama kepada pak Yono dan ibu mengingat keduanya adalah tetangga yang sudah berbuat banyak bagi keluarga saya di Madiun disamping itu saya juga prihatin terhadap perilaku adik saya yang nampaknya terlalu demonstratip  memerankan ke playboy annya , sihingga kadang2 lepasnya pacar terdahulunya itu bukan karena ditinggakan olehnya tetapi kebanyakan pacarnya yang tidak tahan diduakan dan mengundurkan diri ; Intinya adik saya itu melakukan intervensi kepada saya agar saya segera menikah agar tidak tersalip olehnya; Masuk akal memang baginya tetapi tidak untuk saya, saya merasa kelabakan ; Menghadapi hal pelik seperti ini , saya kira lapor ke ibunda Madiun adalah langkah yang paling  tepat,Selain kekurang siapan finansiil saya juga sampaikan ke ibu bahwa saya belum punya pacar yang positip { beneran} jadi saya mohon saran penyelesaian ke ibu, dan ibu berjanji akan membantu saya sehingga beberapa waktu kemudian beredar kabar dari Madiun bahwa  tidak kurang dari dik Wiwik anaknya pak Cip tetangga sebelah dan cucunya eyang Noto di  jl. Tidar  Madiun  yang diisukan akan  dikawinkan dengan saya, sementara saya minta adik saya untuk menunggu  sampai ada keputusan dari ibu Madiun.Sampai pada suatu hari ,sore2 sepulangnya saya dari dinas terbang , saya lihat ada tamu dirumah yang  sedang berbincang dengan adik saya diruang tamu rumah Pademangan;Betapa terkejut saya ketika kulihat   ternyata tamu tersebut aalah pacar saya yang di Curug yang sudah cukup lama tidak saling menghubungi ada apa gerangan.                                                                 

Dari pembicaraan empat mata dengan saya ternyata pacar saya itu punya masalah yang ada hubungannya dengan saya yaitu bahwa ibunya menanyakan hubungannya dengan saya yang beliau nilai tidak jelas lagi pula ibunya mendapatkan  pinangan dari pejabat pemda Curug  atas dirinya sehingga dia diminta untuk menetapkannya; Dalam masalah ini berarti saya dminta tanggung jawabnya; Trenyuh juga saya menghadapinya terlebih kalau diingat , dampak musibah yang masih membayangi keluarga pacar saya itu , apalagi ayahandanya tidak berada dilingkungan keluarga jadi kemudi keluarga  sepenuhnya ada di tangan ibunda, betapa berat tugas ibunda ikut berperan aktip mengatasi masalah saya dan pacar saya itu, ditambah tekad pacar saya yang saya nilai mengagumkan yaitu ingin menyampaikan sendiri persoalan ini ke saya secara langsung ,telah membuat saya merasa guilty  { bersalah } sekaligus hormat kepada tekad pacar saya yang jauh2 datang sendiri ke Jakarta menemui saya; Saya nilai ini adalah nilai lebih pacar saya itu sekaligus menunjukkan cintanya ke saya{ ini menurut hati kecil saya dan bukan sekedar GR}dan saya sangat pantas untuk mengimbanginya dengan keputusan saya bahwa saya harus meneruskan hubungan kami, saya minta ke pacar saya agar diabersedia menjadi pacar saya terus sampai  saya lamar dan menikah nanti.Pendapat saya ini adalah takdir saya sama seperti takdir saya bisa masuk ke Aircraft Engineer API.dulu itu yang serba kebetulan dan seperti diatur saja,.Malam itu kami berdua tafakur  mensukuri jalan kami dan keputusan yang telah kami ambil dan saya sendiri telah bertekad bulat untuk mendahulukan kebutuhan kami berdua antara lain kebutuhan keluarga kecil saya bersamanya. Saya merasa sangat bahagia dan gembira telah dapat menyelesaikan masalah pelik saya sekaligus masalah adik saya sehingga hari2 berikutnya saya dapat merasakan plong..; Namun bagi pacar saya tidak demikian halnya, sesuai cerita dia ke saya beberapa hari kemudian bahwa dia masih didera rasa cemas dan takut kejadian yang tidak diharapkan menimpanya dan dia tetap bersiap untuk yang paling pahit sekalipun yaitu tidak jadi dengan saya sekaligus tidak juga jadi istrinya pejabat Pemda Curug. Akan tetapi ketakutan dan kecemasan itu  achirnya hilang sudah bersamaan dengan kedatangan saya dan mas Ndot { kakak ipar saya yang tertua}ke Curug untuk melamarnya sekaligus menetapkan hari pernikahan kami.Hari2 menjelang pernikahan kami gunakan untuk persiapan dan pengadaan peralatan rumah misalnya tem,pat tidur, almari  dll,sesuai keadaan uangnya dan yang penting2 dululah. Ada beberapa nama yang cukup berperan dalam acara pernikahan kami antara lain ; adik saya Djoko Samekto menemani saya pergi ke Curug { naik motor}, Kel. Mursantoso  { teman seangkatan} yang tempat tinggalnya di komplek API saya jadikan tempat pemondokan selama acara nikah, masPrasetyo dg istrinya mBak Siti Djuwariah { Kakak perempuan saya } me.njadi ketua rombongan keluarga saya yang ikut hadir di Curug.: yaitu Ibu saya,  Agus Prasetyo { adik saya paling kecil },  Oom Soehoed & mbak Nik,dan putranya Maman,Mbakyu Djoko Cawang,mas Sunarto { teman mas Prasetyo, Nia { anaknya mas Prasetyo}. Akad NIkah dilaksanakan di rumah  Curug tepat 11 Juni 1972 jam 10.00 pagi bersamaan dengan acara chitanan adik ipar laki2 terkecil saya  Wasit  Ginarswandoko
                                              
Resepsi dilaksanakan ditempat yang sama setelah akad nikah, pestanya dilaksanakan dengan sederhana saja dilihat dari jumlah tamu maupun jmuannya.Bagi kami sih ini tidak menjadi masalah yang penting  kami tidak menjadi masalah/ dipermasalahkan oleh keluarga. Itu semua sesuai dengan tekad kami untuk segera + segera. mengahiri masalah hubungan kami ini  isesuai dana yang  tersedia   sampai tuntas-tas-tas.                                                                                                                                                                                    
                                                                                                                        Bekasi   September 20015.


Seragam Celana Biru itu -- Kisah Riwayat Hidup Eyang Suprapto Rahardjo 5
                             
Sehabis menikah , biasanya orang akan melakukan  acara bulan madu bersama isteri begitu, tetapi untuk saya hal tersebut tidaklah terjadi meskipun kenyataannya performance saya saat ini sudah menunjukkan arah kesitu , misalnya lupa kerjaan kantor , malas bangun pagi , maunya dekat terus dll.Tetapi sebenarnyalah saya itu sedang bingung dan sedang berpikir keras; Saya dan isteri saya  harus segera  boyong pindah dari rumah mertua untuk mandiri  sesuai tradisi keluarga saya. Ada beberapa opsi yang harus saya pertimbangkan dan bahas bersama isteri; Pertama kembali ke rumah Pademangan  menempati kamar saya sendiri, menurut saya disamping kurang memadai juga bisa merusak situasi rumah tersebut yang bagi adik saya dan teman saya rumah itu sangat cocok bagi mereka yang masih bujangan dengan situasi ibarat  “ dua penyamun di sarang gadis2”, Kedua  memperpanjang tinggal di rumah mertua atau cari kost untuk keluarga , yang ini rasanya susah saya lakukan  karena nggak sampai hati ; Ketiga mencari kontrakan  rumah/ pavilion sisuai kemampuan finansial yang ada.Yang ketiga inilah yang achirnya kami setujui berdua, tinggal kita menetapkan kriterianya yaitu :  harga kontraknya terjangkau alias murah, lokasi dekat atau gampang dicapai angkutan umum, kalau bisa yang berdekatan dengan rumah keluarga saya.Achirnya setelah hampir satu bulan  mencari dibantu oleh kakak saya nomor dua dapatlah  di daerah Menteng Dalam  sebuah Paviliun bekas “ dapur dan ruang makan” nya nyak Munaroh warga asli Betawi yang kebetulan juga berdekatan dengan tempat tinggalnya  teman suami kakak saya dan dekat dengan jalan utama yaitu Jalan . DR. Sahardjo Tebet  Jakarta Selatan .Belakangan kenyataan bahwa kakak saya itu achirnya juga kontrak rumah di dekat kontrakan saya itu .  Tak tanggung tanggung , pavilion 3X4m itu mulai saya tinggali sendii begitu selesai pembayaran ongkos sewa dua tahun tanpa sepengetahuan istri saya dan keluarga karena perasaan malu karena bangunannya jelek sekali ; Bersama seorang tukang batu saya bertekad merenovasi rumah semurah dan sesegera  mungkin. Di benak saya sudah terbayang  tambahan bangunan dapur kecil nempel sebelah kiri belakang , sedang teras di depan dirubah menjadi ruang tamu . Merealisasikan apa yang ada di benak itulah yang mengisi hari2 saya sepulang kerja di Merpati , mengenai makan saya selama saya tinggal di Menteng Dalam lagi2 kakak perempuan saya nomor 2 yang tidak tegaan melihat adiknya kelaparan yang saat itu tinggal di rumah iparnya dr Soehoed di Pancoran merupakan penyuply makan siang dan malam sekaligus, { maka itu saya pesan wanti2  kepada keturunan saya untuk tidak melupakan jasa budhenya serta keluarga dr. Soehoed ini }BUkan hanya soal makan, kakak saya yang ini juga merupakan  tempat curhat segala bidang, pemberi srmangat yang handal karena dia sendiri juga sedang berjuang di Jakarta ini .{ Dia pindah mengajar dari Caruban ke Kebayoran Jakarta sejak beberapa bulan sebelum hari pernikahan saya}.Lain lagi ceritanya isteri dan mertua saya di CUrug.{ ini menurut ceritanya isteri saya},  Karena mereka tidak mengetahui keberadaan dan apa yang saya lakukan , mereka sangat khawatir . Ini kok kejadian  seorang laki2 yang meninggalkan isterinya di rumah mertuanya beberapa minggu setelah pernikahannya, ada apa  gerangan ;melarikan diri atau kena musibah , atau apa ???.Tidak jelas telah mendorong mereka untuk mencari saya dengan minta bantuan adik saya di rumah Pademangan. Sampai pada suatu hari sekitar pukul 14.00 siang , saya sedang duduk istirahat menghadap ke teras rumah  yang baru selesai  saya cat bersama pak tukang, dari arah belakang saya mendengar suara renyah yang tidak asing di telinga saya , bla ternyata benar suara ibu mertua saya bersama isteri saya ditemani adik saya mendatangi saya di rumah baru { Ini kata isteri saya : Dia tidak menyangka yang duduk di depan teras  itu saya, karena saat itu saya hanya pakai kaos oblong celana digulung ,napas mengkis2 karena memang siang yang panas,keringat banyak di leher yang kelam duh kasihan kuli ini}.Tentu saja saya kaget campur malu , ya malu karena  menjalani tidak pulang berhari2 hanya karena  tempat tinggal yang tidak seberapa besar dan  Cuma segitu aja mana sampai  njengges punggungnya hitam  kaya kuli asli saja.Wah saya di olok2 oleh pikiran saya sendiri,rupanya mertua saya  menyadari juga bahwa saya merasa lingsem dan malu dipergokinya, makanya mertua saya berusaha menutupi dengan lelucon agar  saya menyadari bahwa mertua saya tidak tahu  soal itu semua , untungnya masih ada pembantu kakak saya yang mengantar makan untuk saya dan tukang bisa saya suruh bikin minuman untuk para tamu tersebut.Alhamdullilah lingsem tidak perlu berlanjut apalagi  ibu mertua tidak lama di Menteng Dalam, sekitar 2  jam kemudian ibu mertua sudah pamitan pulang ke Curug diantar adik  saya.Sementara isteri saya tinggal  menemani saya merenovasi rumah tinggal kami itu. Tadinya saya berpikir apakah isteri saya ini bisa tahan hidup seperti kamping seperti ini. Tetapi  ternyata dugaan saya mudah2an meleset benar , isteri saya menunjukkan sikap yang saya nilai positip tetap gembira dan mendukung saya apa adanya.Hal itulah yang meyakinkan saya bahwa saya tidak salah memilih dia sebagai pendamping hidup saya. Achirnya proyek renovasi tempat tinggal kami itu saya lakukan bersama isteri saya sambil pacaran atau berbulan madu lah untung juga karena pak Tukang dan Nyak Munaroh serta tetangga dekat juga memberi kebebasan kepada kami berdua, dan mereka sangat memban tu..   ini drngan penuh kesadaran dimanfaatkan oleh isteri saya untuk “ belajar” berumah tangga, isteri saya mulai masak sendiri dan mohon penghentian supply makan dari kakak saya , ditambah oleh keramahan induk semang nyak Munaroh yang  sadar dan peka terhadap  kekuatan finansiil keluarganya,Ya saya kira semua punya andil dalam  kejadian ini , ok tak apalah, kami belum memutuskan  untuk menyerah dan mohon bantuan kakak, karena saya punya satu jurus cadangan yang ilmunya saya dapatkan dari keluarga mas Narto, beliau adalah yang pertama kali menampung saya di Jakarta saat mengikuti test Akademi Statistik dulu yaitu ilmu  bagaimana mendapatkan  uang dlm keadaan mendesak di Jakarta ini , ilmu tersebut adalah ilmu berdagang bsrang bekas di Jembatan merah sampai Pasar Rumput, ilmu meliputi . 1. Bagaimana mendapatkan dagangan, 2. Bagaimana mencaei/ menemukan customer ,3. Bagaimana menetapkan harga dan menjual, prinsipnya sama dengan dagang hewan di pasar dimana kita harus menempatkan diri kita sebagai “blantik”nya. Dalam prakteknya hambatan saya hanya pada hal ilmu menjual saja ,sedangkan ilmu yang lain bisa saya kuasai , dalam ilmu menjual saya masih merasa demam jualan, saya masih merasa malu ketahuan oleh teman atau orang lain bahwa saya jualan karena nggak punya duit , apalagi jualannya itu pakaian dinas yang barangkali cukup dikenal halayak luas,Sampailah pada suatu malam sehabis Magrib, saya nenteng bungkusan 2 buah celana dinas biru serta 2baju dinas putih,mengendap endap dibawah pohon asem pinggir jalan Minangkabau bersebelahan dengan Jembatan  merah   Menteng Atas ,;Perasaan semua mata orang melihat saya deh, kumat deh demam jualan saya; Mengingat kenyataan uang untuk makan malam inipun sudah tidak sada lagi ,makanya penuh kenekadan aku merangseg ke lapak si penadah yang sudah saya incar sebelumnya berdasarkan ilmu yang telah saya dapat dari mas Narto dulu; Melakukan Conversation dengan pemilik lapak kalau tidak menguasai ilmunya bisa2 batal atau marah2 tidak jadi beli, saya memerlukan cukup tidalk lebih dari 10 menit untuk merubah celana dan baju itu jadi uang makan kami sekeluarga.Saya pulang kerumah sekitar jam  19.30 membawa  dua bungkus nasi gudeg untuk makan malam kami berdua.. Dan percayalah bahwa kejadian ini malahan merupakan vitamin buat hubungan kami berdua , kasih sayang kami jadi lebih meningkat pesat mengikat kedua perasaan kami.Namun saya berharap semoga kejadian ini tidak terulang kembali karena saya merasa take home pay saya lebih dari cukup kalau hanya untuk kami berdua saja, itu bisa dimaklumi melalui brake down berikut : Disamping gaji ada uang lembur, ada uang makan, ada uang avtur dan uang transport yang bisa di bon setiap saat melalui bagian administrasi teknik. Artinya penghasilan saya mencukupi seluruh kebutuhsn keluarga kecil kami saat itu, kami bisa nonton bioskop yang merupakan hoby kami berdua bisa sesekali makan diluar/ jajan gudeg, bakmi dll yang sekelas itu.. Bahkan kami juga sudah mempertimbangkan membeli sebuah TV. Untuk bisa merupakan hiburan kami dan tetangga kami, karena di lingkungan kami belum dialiri listrik hingga jarang orang memiliki sarana hiburan elektronik seperti TV misalnya. Jadi untuk dapat menikmati hiburan tV orang harus :pertama membeli sebuah TV kemudian membeli juga sebuah Gen set seperti kios2  di Pasar Rumput itu.Dan begitu tanggal muda kami sudah memiliki sebuah TV. Hitam putih 21 inches  bekas punya teman yang  baru mengganti TVnya.serta sebuah genset kecil  yang cukup untuk menghidupkan TV tersebut. Malam pertama waktu itu , televise saya tempatkan di atas tembok teras mrenghadap ke  halaman nyak Munaroh disertai suara motor gensetnya,tidak kurang dari 10 orang tetangga dengan membawa kursinya sendiri2 ikut menonton TV kami hingga  warta berita terachir pukul 21.00 WIB.Keadaan seperti ini didaerah Menteng Dalam saat itu  masih banyak kita temui, kalau istilah nobar{ nonton bareng} jaman sekarang punya arti demi social pergaulan tetapi waktu itu memang didorong oleh keinginan untuk menonton TV meskipun belum memilikinya  sendiri. Bisa dibayangkan sendiri seperti apa gerangan hubungan kekeluargaan antar tetangga kami bila kemudian hidangan menontonnya  apakah itu kopi atau snack datang dari rumah tetangga [ bukan dari kami] kami. Sungguh sangat mengesankan dan menyenangkan..

                                                                                                                                    Bekasi   Oktober  2015


 LAYAR   BERKEMBANG --  Kisah Riwayat Hidup Eyang Suprapto Rahardjo 6

Seperti layaknya  pasangan yang baru merintis rumah tangganya, hal utama yang harus diatasi adalah adanya tempat tinggal yang pas dan sesuai kriteria yang diharapkan berdua{ ssuami & istteri}.     Menteng dalam bagi kami sangat tepat dan memenuhi kriteria kami berdua , hal itu telah membuat perasaan kami berdua menjadi “tentrem”terlebih rumah tinggal kami disitu juga sangat menguntungkan bagi “hobi” kami berupa “ nonton bioskup”, tidak kurang dari 10 gedung bioskup  yg. masuk dalam   “jaraknya terjangkau” dg. motor dari rumah kami sehingga memudahkan kami untuk  mendapatkan  tontonan film2 baru . Minimal seminggu sekali kami  berdua meluangkan waktu setelah makan malam untuk nonton bioskup. Dan uniknya seakan kami sudah punya anak satu saja , diatas motor Honda 125cc saya ada diatasnya bersama isteri saya dan seorang anak gadis kecil anaknya kakak saya yg. bernama Nia. Hal ini berlangsung hampir selalu sehingga bukan hanya tetangga saja tetapi semua orang yg kami  mainnya dirumah kami { rumah kakak  saya memang berdekatan dg rumah kami }. Kenyataan bahwa kedekatan keponakan saya tersebut ternyata telah memancing kelahiran anak kami yg pertama yaitu 3 Maret 1973 yang berjarak sekitar 9 bulan saja setelah pernikahan kami { pas sekali lah}.                Kelahiran anak kami yang pertama ini sedikit banyak telah merubah situasi rumah tangga kami, mungkin karena isteri saya mulai  sibuk mengurus si kecil sehingga kami mulai menghentikan kebiasaan menonton, dan otomatis Nia anak kakak saya  juga mulai jarang main kerumah  lagi, apalagi anak pertama kami juga terlahir perempuan yang juga cantik dan  lucu; Anak pertama kami ini juga punya hobi yg. agak merepotkan yaitu bangun terlalu pagi { sebelum subuh}, serta  senang berontak meronta sambil melenguh2 minta dilepaskan bedongnya karena ingin be”ol, yang kalau ibunya lengah,  be”olnya  bisa di acak2 sampai mengotori rambutnya yang ikal dan tentu saja  bau, dan achirnya seluruh rumah [ saya , isteri, dan dia } bangun semua untuk  mrngurusnya yang biasanya sampai pagi .Anak pertama ini termasuk yang cepat prerkembangannya , umur 9 bulan dia sudah lancar jalannya apalagi dengan alat/ kereta  latihan jalan. Makanya kalau suatu ketika dia tidak kelihatan keberadaanya kita langsung saja menyelidiki balik2 pintu rumah, dia pasti ada disana berdiri dg. kaki merenggang celana bagian bawah menonjol oleh be”ol yang nyangkut di celana dan hebatnya dg.wajah innocence dia nurut saja bila dituntun keluar dari balik pintu dg. cara jalan yg khas untuk di cebokin.. Sampai berumur +2_  dia masih tetap menganggap balik pintu sebagai toiletnya. Oleh sebab itu kalau urusan jari kecepit daun pintu itu sudah menjadi langganan baginya. Entah nanti gedenya seperti apa nih anak karena semangat belanjanya sudah sangat nampak sejak masih balita, contohnya bila klintingan tukang bubur lamat 2 terdengar saja  dia otomatis  tertatih2 menuju dapur untuk mengambil cangkir plastic miliknya untuk diteruskan ke tukang bubur maksudnya untuk beli bubur tanpa ingat untuk membayar  , sehingga kalau kita tahu itu kita bisa langsung membayarnya, tetapi kalau kita tidak tahu ya kita tunggu sampai dia ketahuan makan bubur sendiri baru kemudian kita cari tukang buburnya untuk membayar,.

Senang dan bahagia itulah kesimpulan dari apa yang kami rasakan berdua sekaligus krluarga besar  karena anak pertama kami itu benar cantik { sesuai juga dg. pendapat orang2 } serta sehat dan lincah.

Ingin membuat clue untuk anak pertama ini kami beri nama yang “ bersuara “ seperti nama Perusahaan tempat saya kerja yaitu Merpati Nusantara. Anak pertama ini kami beri nama : Tarra Nusanti.

Kami ini bukan srkadar merintis keluarga yg modern  yg. ingin menerapkan prinsip keluarga kecil yg sejahtera namun terus terang kami ini berasa[ dari keluarga besarnya masing2 { saya adalah anak nomor5 dari sebelas bersaudara sedangkan isteri saya adalah anak ke3 dari  sebelas  bersaudara} .yang  selalu dihantui oleh penderitaan  atau ketidak sejahteraan akibat jumlah anak2 yg. banyak, singga kami berdua bertekad membatasi jumlah anak kami hanya dua atau maximum tiga  lah.  Benar2 ideal dan indah memang,  namun apa daya ibarat  pepatah : Maksud hati memeluk gunung tetapi apa daya tangan nggak sampai, Pemahaman mengenai Keluarga berencana bolehlah telah kami kuasai sebagai visi  kami berdua , namun kami melupakan perlunya Technique dalam melaksanakan misinya sehingga bisa diduga hasilnya ya “jebol”, Isteri saya sudah hamil lagi  di achir tahun 1973 dimana anak pertama kami baru berumur kira2 8 bulan. Memang saat itu terbesit keinginan melakukan hal yg sekiranya dapat menyesuaikan dengan rencana kami semula , Namun kami  merasa bangga pada kecerdasan kami berdua dengan keputusan kami untuk merubah moto keluarga dari “ Keluarga kecil sejahtera dg. jumlah anak tidak banyak dg. jarak kelahiran 4-5 tahun “ dirubah menjadi  ” Keluarga kecil dg, jumlah ansak yg sesuai dg masa subur isteri pada 5 tahun pertama saja sejak perkawinan, kemudian stop  dan  diikuti dg. sterilisasi ataupun fasektomi . Plong achirnya kami bertekad mempertahankan dan merawat kandungan isteri sebaik2nya, Seperti yg sudah2 , isteri saya melalui masa hamilnya yang krdua ini dengan lancar tanpa masalah. Sehingga nyaris tak terasa ketika tujuh bulan kehamilannya , dokter kandungsannya dr, Sapulete di RS Bersalin  Persojo Tebet barat , dokter yg. kebetulan juga menangani anak pertama kami, berpesan agar mulai bulan Juni 1974 kandungan isteri saya akan diperiksa lebih sering yaitu seminggu sekali, karena memang prakiraan dokter sudah masuk bulannya, Dan benar juga, belum sampai  tiba saat pemeriksaan yaitu pada hari senin tg. 4 Juni 1974 sekitar jam 02.00 isteri saya sudah saya larikan ke rumah sakit karena  merasa perutnya sakit mulas . Tadinya kami menduga entah akibat makan rujak  yg kebetulan kami konsumsi sore tadi karena kebetulan saya sendiri juga merasakan mulas2 pada malsm itu , Semuanya terbantahkan karena  tepat jam 06.00 pagi itu anak kedua saya  lahir ke bumi dengan selamat tak kurang suatu apa. Saat mana waktu itu saya sedang merasakan  kesakitan  akibat  terjatuh dan terseret sepeda motor saya sampai motor terhenti meluncur karena terhalang oleh rel kereta api di mana lokomotip sedang parkir di dekatnya . Lho gimana sih??, Begini ceritanya..
Seperti biasa setiap minggu  terjadi pergantian shift, Saya yg minggu kemarin  mengikuti shift Daily Inspection [ kerja  sore hingga malam} , mulai Senen ini sampai satu minggu  kedepan akan mengikuti Shift Storing   Preflight Inspection ,kerja menyiapkan keberangkatan pesawat dari jam 04. 00 hingga jam 11.00 pagi, Sehingga Senen pagi itu setelah saya hantarkan isteri ke Rs Bersalin , segera saya bergegas saya balik ke rumah untuk mengambil peralatan kerja saya sambil menjemput adik  saya Bambang untuk menggantikan tugas menunggui isteri di Rumah Sakit.Sedang saya sendiri bablas menuju Kemayoran untuk Storin.

 Agak mepet waktu sehingga saya agak ngebut ke kantor ; SAya terperanjat melihat didepan  di perlintasan Kereta Api  Bukit Duri tanjakan dikegelapan terlihat seseorang mengayun2kan lampu Ting,  Cepat berpikir bahwa itu tanda ada pergerakan Kereta Api sehingga saya memutuskan rem kuat2 sampai motor rubuh dan saya terseret bersama motor dan terhenti tepat di rel kereta, Saya terseret dg posisi duduk sehingga bagian pantat celana saya robek  robek, untung terganjal dompet sehingga kulit pantat saya tidak ikut lecet. Termangu2 saya masih posisi duduk kesakitan berjarak sekitar 5 m dari kepala Lokomotip yg sedang berhenti, palang pintu kereta memang tidak tertutup karena lansir kereta tidak sampai bahu jalan  Bukit Duri . Secara reflex insting saya tertuju pada sebuah huruf dan dua angka putih yg terdapat di depan loko [ saya lupa huruf dan angka berapa}yg jelas angka ini secara diam2 saya pasang di judi buntut yg saat itu sedang musimnya.{ Belakangan terkabul pasangan saya kena dan saya dapat kenangan judi buntutnya banyaklah. Sehingga  sesampainya di kantor saya mendapatkan simpati dari teman2 kerja { setelah mendengar cerita saya dan lihat celana yg robek2} , Hari itu saya diizinkan tidak kerja dan pulang lagi untuk nungguin isteri di RS. Betapa senangnya ternyata bayi sudah lahir dan ari2nya sudah dibawa pulang adik saya. SENSASIONAL itulah kiranya dalam menyambut anak ke dua ini , betapa tidak sejak mulai kehamilannya yg mengagetkan , tanda kelahiran yg diawali sakit perut , kenmudian kecelakaan motor dan berakir judi buntut lagi  menang 






       .
SEPENGGAL  KISAH HIDUP EYANG  SITI  KIPTIYAH  Binti ABD. SATARI

“ Suwito”  adalah tradisi keluarga besar Bapak saya yg selalu masih dijalankan oleh anggauta keluarga yg pada prinsipnya bertujuan menjamin berlanjutnya  hubungan silaturahmi  antar keluarga dengan jalan mengikutkan  { mengadopsi } anak keluarga  saudara kedalam kehidupan keluarganya sendiri.  Dalam hal ini, saya semasa kecil saya [ dari  kelas  5 SR  hingga kelas 2 SMP}  diikutkan program “suwito” ini kedalam keluarga mas Muhamad Tawil { putranya kakaknya bapak saya  alias bude saya} yang tinggal di kota Semarang. Seperti halnya mas Tawil sendiri yang dahulu juga suwito ke  keluarga bapak saya
Tanpa mengurangi rasa hormat saya kepada sesepuh keluarga serta tujuan mulia dari “ Suwito “ yang pada hakekatnya  berarti  “ikut”  atau bahasa Jawanya “nderek” itu yang prakteknya saya terjemahkan sebagai “ kerja keras” kerja apa saja yang dulunya orang tuanya sendiripun tidak tega menyuruh , didalam suwito bisa saja terjadi  sehingga membuat saya sangat qualified thd. pekerjaan2 rumah tangga seperti : ngepel, masak ,nyuci , dll.  Itulah barangkali seke;umit cerita tentang masa kecil saya . Naik kelas ke kelas 3 SMP saya kembali/pulang ke keluargaku sendiri untuk menjalani msa2 remaja saya di Jalan Mojopahit 94 Madiun, ter[aksa saya berpisah dengan  putri2nya mas Tawil Yani , Titik, Endang, yg selama itu menemani saya menjalani program suwito dirumahnya. Sementara di Madiun , kota asal saya sendiri atau katakanlah di kampung saya sendiri tentulah tidak sulit menyesuailan diri, masih banyak teman2 yg saya ingat dan kenali seperti Endang, Sri, Ndari, Sumi,Kati dll. Sehingga tak terasa saya bisa tepat waktu menyelesaikan SMP saya dan masuk ke Sekolah Menengah Atas Swasta bernama SMA Cokroaminoto di kota Madiun. Saat SMA inilah saya menjalani masa remaja bersama kawan2 sesekolahan maupun selingkungan tempat tinggal  secara normal sampai pada suatu hari di tahun 1963 keluarga kami mengalami musibah yaitu bapak saya wafat akibat sakit radang hati {  lever unstaking }, Terus terang kejadian ini benar2  merupakan pukulan ke keluarga kami dan seakan telah merenggut keadaan keluarga kami , bisa dibayangkan seorang ibu rumah tangga biasa yang tidak bekerja atau memiliki penghasilan  yang harus menanggung hidup sembilan  putra putrinya  yang kesemuanya masih sekolah, sementara baru satu orang putrinya yang paling besar  yang sudah berumah tangga dengan tentara dimana  keadaan ekonominya  hanya cukup untuk keluarga kecilnya sendiri.
Nyaris tidak bisa dipercaya, bagaimana ibu saya dapat  menghidupi putra putrinya seorang diri tanpa sumber dana yg pasti ; Memang kemudian ada sementara keluarga bapak yang membantu antara lain : Pakde Gunawan { Jakarta }, Pakde Salekan { Kebon Sari }, Mas Ichsan { Jakarta }, Eyang Noto { Kota Madiun}  yang  kemudian  dapat dimanfaatkan oleh ibu untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarga. Ibu juga mulai  mencoba berjuwalan , dalam hal ini ibu berjuwalan nasi pecel karena pertimbangan , juwalannya nanti akan habis terjual atau kalau tersisa  akan dihabiskan  oleh  keluarga sendiri.Saya cukup kagum sama inovasi  ibu saya dalam berjuwalan nasi pecel , ibu telah menciptakan  “rasa baru” sambel pecel  dengan mencampur sambel kacang dengan ubi jalar  sehingga sambel pecelnya jadi terlihat jauh lebih banyak namun aromanya tetap sambel kacang, hanya saja rasanya agak terlalu manis; Ibu juga telah menciptakan trend baru dg. menambahkan lamtoro  kedalam  kuluban pecelnya sehingga terasa sensasi kletus2 dalam menikmati nasi pecelnya ibu saya. Tak ayal lagi inovasi ini telah mendapat respon positip dari warga ,terbukti laris manisnya dagangan ibu , apalagi ditambah hadirnya  gadis2 cantik { putri2 nya ibu} yang ikut membantu berjualan  ,wah  pantesan laris  !!!.Terus bagaimana  dong kontribusi putra putri  ibu dalam proyek  berjualan  pecel dan dawet cendol ini.
Kayaknya sih nggak ada yang mengatur peran serta putra putri ibu , mereka mula2 sekedar tampil membantu ibu  dan semangat saling bantu atas kesadaran kemampuan kekuatan diri, jadi kalau ada pekerjaan seperti numbuk bikin tepung apa ngangsu atau angkat junjung lainnya  ya anak laki2 lah yg tampil  ,kalau ada pekerjaan  masak, mengemas dagangan sampai bikin cendol tentulah anak2 perempuan yang tampil.sedangkan kalau saya sepertinya mendapat tugas tambahan khusus berupa  mengatur agar pembagian konsumsi bagi seluruh keluarga dapat terbagi secara adil materiil  { sama banyak} sementara ibu yang menjamin adil fungsionalnya terbukti dengan ibu sering melakukan penambahan porsi bagi anak laki2 , kadang2 ada sepotong tahu yang dititipkan ibu  ikut dimasak bersama gulai daun singkong  yang mana tahu tersebut adalah  lauk tambahan untuk adik saya paling kecil.. Tak terasa timbul  rasa kebersamaan dan kekompakan  antar  anggauta keluarga ibu yang merupakan hikmah dari keadaan keluarga saya yang dapat dikatagorikan sebagai keluarga miskin ini .Bagaimana tidak terharu melihat pemandangan dimana adik saya yang kecil membantu memegangi lesung yang dipakai kakak laki untuk menumbuk membuat tepung.melihat bagaimana anak2 perempuan bangun lebih pagi dari ayam berkokok untuk menyiapkan dagangan ibu nasi pecel termasuk juga bikin cendol . Pokoknya tiap hari, dapur ibu sudah bunyi klutek2 sejak sebelum subuh.Keluarga kami sudah harus membiasakan diri dengan menu2 makan jaman penjajahan VOC dulu, jangankan nasi putih, lauk pecel sisa jualan ibupun bila ada sudah dianggap sebagai makanan elit/ mewah ;Kami lebih sering “ngrowot” yaitu dimana makanan pokok dan lauknya dari bahan tanaman yang sama sedangkan tebu sebagai pengganti buah untuk cuci mulut sekaligus cuci gigi , sampai2 pernah saya lihat ibu berlinang saat beliau menyaksikan kami sedang makan malam bersama. Saya yakin se yakin2nya ibu saya pasti menyertai doa kami yaitu semoga nanti ada waktunya Allah SWT memberi kesempatan kepada kami semua untuk menikmati makanan yang lebih baik ,enak dan penuh gizi serta membebaskan anak cucu dari keadaan yang memprihatinkan  Amin  Amin  Amin Ya Robbal Alamin.  Saya yang merupakan salah satu dari  tiga orang  anak ibu yang memiliki kelas sekolahan tertinggi  yaitu saya duduk di klas 3 SMA B Cokroaminoto, kakak perempuan saya Siti Djuwariah duduk di klas 3 SMA B Negeri Madiun, sedangkan adik laki2 saya Suprapto Rahardjo duduk di klas 3 SMA B Nasional, harus mulai berpikir realistis, terutama dalam merencanakan pendidikan selepas SMA, Rasanya berat bila kami nekad ingin masuk universitas negeri sekalipun, karena tiadanya biaya kuliah  apalagi harus indekost di kota Surabaya atau Jogya, sehingga kami memutuskan  setelah lulus SMA kami akan cari kerja atau cari sekolahan plat merah { ber ikatan dinas dan tak bayar }. Dan memang benar sesuai harapan kami bertiga dapat lulus ujian SMA kami, disamping memang kami termasuk anak yang  rajin belajar juga kebetulan ujian SMA tahun 1964 merupakan penutup SMA gaya lama , jadi yang tidak luluspun murid akan di luluskan dan selanjutnya pelajar SMA tahun ajaran berikutnya akan mengikuti SMA gaya baru.{ bukan A,B,C tetapi IPA atau IPS}, Kami kesana kemari menenteng map sebagai persyaratan lamaran kerja. Sampai pada suatu hari  dimana saya sedang mencari surat keterangan sehat untuk melamar dipendidikan perhotelan yang diselenggarakan oleh Ambarukmo Palace Hotel Jogyakarta , saya mencarinya di tempat prakteknya Dr,. Han, saya bukannya mendapatkan surat keterangan sehat tetapi saya mendapatkan tawaran kerja di Rumah Sakit Paru Paru kota Madiun, dimana Dr Han berpraktek, Bak pucuk dicinta ulam tiba ,tak berpikir panjsng saya langsung jawab “ Ya saya mau pak dokter “ ketika pak doter mengatakan  Mengapa anak perempuan baru lulus SMA kok mau kerja di Hotel ?, Waktu saya jawab mau cepat dapat gaji karena keluarga membutuhkan uang beliau menawari kerja di Rumah Sakit Paru Paru itu. Terus terang saya rasanya tak mampu menceritsakan perasaan saya saae itu , saya hanya bisa menangis dan menangis . Saya rasanya yakin sekali bahwa ini semua adalah sebuah pertolongan Allah SWT sesuai janjiNya Bahwa akam memberi pertolongan melalui cara2 yang tidak terduga  kepada umatnya yang rajin berdoa  dan tabah hidup prihatin,; Matur sembah nuwun ya Gusti , Alhamdulilahi Robil Alamin ya Allah, dan tidak lupa  berdoa semoga Allah membalasnya dengan  yang lebih melimpah kepada Dr,. Han dan keluarganya , Amin Amin Ya Robil Alamin.
Singkat cerita jadilah saya kerja di Rumah Sakit Paru Paru Kota Madiun  di bagian Keuangan seksi Pety Cashnya.   Saya ingin katakan  disini bahwa Dr Han itu benar2 Malaikat yang dikirim Ttuhan untuk keluarga kami, untuk diketahui bahwa Dr, Han itu adalah direktur rumah sakit itu  telah menetapkan gaji saya menjadi tiga amplop. Amplop pertama merupakan honor saya sebagai pengelola Petty Cash, amplop kedua bantuan kepada Ibu saya, sedangkan amplop ketiga bantuan untuk biaya sekolah adik2 saya, dan komposisi gaji saya ini sudah berlaku sejak bulan pertama bekerja dan dibayarkan dimuka, Bayangkan apa yang dilakukan ibu setelah menerima bantuan Dr Han tersebut ?, Ibu langsung belanja sekarung{ 100 kg} beras mentik menggunakan dua becak dan smpat membuat heboh tetangga  apalagi adik2 saya, Kakak perempuan saya Siti Juwariah jadi terlasana keinginannya untuk mengikuti pendidikan Sekolah Pendidikan Guru { PGSLP } di kota Madiun  karena segala tunggakan uang pangkal ,uang  sekolah dapat dilunasi dengan segera  , Dilalah selang tidak terlalu lama adik saya Suprapto Rahardjo diterima di Akademi Penerbangan Indonesia Curug Tangerang dan akan hidup di asrama disana. Ya Allah ini benar2 sulit dipercaya, ini pasti benar2 ada tangan Tuhan , begitu mudah Allah membuat schenario pertolongan kepada keluarga kami, Allah SWT  tidak pernah basa basi dalam memberikan pertolongannya ,  dan itu sangat jelas., Dan kami sekeluarga sangat bersyukur atas rahmat Illahi ini.
Tentu saja keadaan kedekatan saya dengan  Direktur Rumah Sakit Dr. Han yang seperti ini telah memberi dampak ganda terhadap diriku , satu pihak telah menimbulkan kecemburuan  dari pegawai2 Rumah Sakit yang sudah lama kerja disitu itu bahkan kadang2 nampak dari pandangan matanya ke padaku, di pihak lain hal itu telah memacu naiknya kepercayaan diri saya , perasaan seakan saya sudah pantas dan mampu membuat keputusan sendiri. Demikian juga dalam kehidupan muda mudi yang saya jalani ini. Saya tidak pernah mengklaim diri saya cantik , Cuma yang saya mau bilang bahwa  ibu saya itu cantik bahkan dulu itu disebut sebagai bunga desa Sidorejo dan bapak saya adalah pelaut yang gagah dan ganteng , jadi bisa dikira2 sendirilah seperti apa rupa anak2nya ; Dan saya pantas bersyukur karena tuhan menganugerahi saya banyak pacar sehingga saya mendapat banyak  pilihan. Apabila kemudian saya memutuskan MA. Sofyan seorang bintara TNI AU asal Kiara Condong Bandung itu pastilah sudah saya pilih dari koleksi yang ada. Rasa percaya diri yang berlebihan membuat saya gegabah dan mengabaikan nasehat ibu saya, waktu itu saya berfikir mungkin ibu saya kurang menyadari bahwa saya kini sudah seperti seorang dewasa yang sudah sanggup berdikari sekalipun karena saya sudah memiliki penghasilan tetap ysng cukup memadai.
Keputusan saya yang tidak mempertimbangkan atau mengabaikan nasehat ibu saya inilah yang kemudian menjadi malapetaka bagi kehidupan saya kemudian. Tanda2nya sudah nampak sejak saya melakukan pernikahan dengan MA Sofyan pada tahun 1970, dimana ibu saya mengalami  kecelakaan saat seseorang memperbaiki lampu  petromax guna perhelatan pernikahan saya tersebut, ibuku mengalami  terbakar cukup parah [ lebih dari 50 %}, untung masih bisa diselamatkan meskipun dengan rawat inap di Rumah Sakit Umum Madiun yang cukup lama. Musibah ini merupakan  kesedihan  parah yang menimpa seluruh keluarga, betapa ibu yang merupakan satu2 nya orang tua  yang kami punyai telah mengalami kecelakaan seperti itu, sungguh sedih.
Tentu saja perawatan inap di Rumah Sakit dalam jangka waktu yang lama memerlukan banyak sekali biaya dan tenaga, tidak bermaksud menyesali apa yang telah kita keluarkan untuk ini, saya hanya ingin menyampaikan data bahwa perawatan di Rumah Sakit ini telah menguras keuanganku yang juga merupakan keuangan keluarga, bahkan saya juga melakukan pinjaman atau hutang  ke kantor saya. Ibarat urusan bila ditangani oleh bukan ahlinya, ya tunggu saja saat  kehancurannya.Saya bekerja dibagian keuangan tanpa pengetahuan akuntansi yang memadai  di SMA saya hanya mendapat mata pelajaran Ekonomi saja;   Saya bekerja di bagian keuangan sebuah Rumah Sakit yang banyak uangnya, Saya bekerja dilingkungan sejawat ysng cemburu atas kedekatan saya dengan dr. Han , kemudian saya mendapat masalah keuangan sehingga saya berhutang ke Kantor, ya itu sudah bisa diduga  kelanjutannya, Saya harus rela bila kemudian  kantor memberhentikan saya karena  kenyataan saya tidak bisa mempertanggung jawabkan balance sheetnya.   Sekarang bayangkan  saat itu saya tengah memulai hidup berkeluarga baru saya disertai keadaan dimana saya sudah diberhentikan kerja, dibebani  hutang  yang cukup banyak, sementara ibu belum sembuh benar; Melihat masalah keluarga seperti ini maka ibu mengambil prakarsa yang cukup extreme yaitu menjual harta pusaka keluarga  berupa rumah kami di desa Kebon Sari , dan pembelinya adalah Kang Tukimin mantan pembantu rumah tangga keluarga kami , bisa dibayangkan betapa kejadian ini begitu menjatuhkan  moral kami sekeluarga.Ahirnya meskipun hasil penjualan rumah Kebon Sari tida dapat menutup seluruh hutang ,tetapi dengan susah payah  ahirnya hutang tersebut dapat kami atasi . Lalu bagaimana dengan keluarga baru saya bersama suami saya MA Sofyan , Rasanya saya masih jauh dari cita2 ideal pernikahan saya, ditengah perasaan bersalah yang selalu dituduhkan ke diri saya oleh suami saya sendiri bahwa sayalah penyebab malapetaka ini , telah membuat hubungan kami menjadi terganggu, dan keluarlah sifat2  cendolo  asli suami saya yang waktu pacaran dulu tidak kelihatan atau disembunyikan, Saya baru menyadari bahwa kami berdua memiliki tradisi dan  kebudayaan yang jauh berbeda, dan saya tidak menerima hal itu, sehingga letupan2 sering terjadi dalam kehidupan keluarga kami se hari2  ditambah oleh keadaan saya yang sudah tidak bekerja lagi maka lengkaplah sudah kiranya penderitaan saya, penderitaan mana harus saya tanggung sendirian dan lama. Anak pertama saya lahir  laki2 dan alhamdulilah sehat, Dia tidak seperti anak2 orang yang akan selalu mendapatkan kodangan  yang manis2 dari bapak ibunya, tetapi dia ini lebih banyak mendengarkan curhat sedih dari ibunya dan melihat  didepan hidungnya kelakuan  cendolo  bapaknya itu. Dia begitu setia dan selalu berada di gendongan saya kemanapun saya pergi, Dia telah menjadi obat pelipur saya ; Kalau sampai saya bisa mempertahankan  rumah tangga  saya  sampai  sekian lama  hingga  total anak saya menjadi 4 [ empat]  orang itu bukan berarti  suami sudah merubah kelakuannya atau saya sudah berubah menjadi menerima kelakuan suami tersebut, tetapi lebih disebabkan oleh pikiran waras saya sendiri yaitu saya akan  tunggu hingga anak2 saya dapat mentas baru saya akan  memberanikan diri mengatasi masalah rumah tangga  dengan suami saya. Dan hal itu tidaklah terlalu sulit berkat keenceran otak dan keberuntungan anak laki2 saya itu, anak pertama laki2 dapat menyelesaikan pendidikannya di Akademi Statistik sedangkan anak ketiga juga laki2 dapat menyelesaikan pendidikannya di STAN dengan baik dan tepat waktu sehingga sesuai jadualnya mereka juga dapat langsung  kerja jadi pegawai negeri.  
Sudah menjadi tekad saya bila anak2 saya sudah mentas maka saya akan membuat perhitungan tersendiri dengan suami saya.
Pada pertengahan tahun 2010 dimana saat itu anak pertama saya sudah berkeluarga dan isterinya juga pegawai negeri  serta sudah berrumah sendiri serta punya satu orang anak [ perempuan], anak kedua juga sudah berumah tangga  dan punya anak 3[ satu laki2 dan dua perempuan ] , anak ke tiga laki2 sudah berkeluarga  dan  dua orang anak laki2 dan perempuan , dan anak terahir anak ke empat baru saja selesai  melangsungkan pernikahannya.  Saat yang saya tunggu2 ini ahirnya tiba , Tidak banyak omong saya menggugat cerai suami saya. Dan berkat bantuan nasehat hukum dari besan saya sendiri { mertuanya anak pertama }   serta  berkat  jasa  anak kedua saya { perempuan} yang telah berani bersaksi untuk saya didepan Hakim Pengadilan Agama Bekasi telah membuahkan gugatan cerai itu berhasil   saya menangkan,   Artinya saya sudah tidak tahan lagi hidup bersama suami yang berbudaya cendolo itu  setelah  selama 44 tahun hidup bersama . Aneh ya tapi nyata ; Tidak kurang dan tidak lebih , saya berharap semoga keadaan yang menimpa diri saya ini  tidak terulang menimpa anak cucu keturunan saya , mari kita berdoa  kehadirat Allah SWT  untuk itu  Amin  Amin  Amin  Ya Robbal Alamin
                                                                                                Pondok Cipta  ahir Juni 2016




Tidak ada komentar:

Posting Komentar